Assalamu'alaikum,
Udah lama aku nggak menulis ulasan sebuah buku dan kemarin dalam rangka acara Indonesia Green Book Festival di sebuah Sekolah Alam tepatnya Sekolah Alam Cikeas (SAC) yang berlangsung sejak 26 Februari s/d 02 Maret 2024 dan pada 01 Maret 2024 aku berkesempatan menyaksikan secara langsung Launching sebuah buku dengan judul Menjelajahi Misteri Perbatasan.
Batu Ruyud Writing Camp (BRWC)
Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan ini adalah karya kolaborasi dari 15 pegiat literasi nasional dengan berbagai latar belakang ilmu dan pengalaman. Judulnya membawa kita untuk menguak misteri daerah perbatasan, which is kita bisa paham apapun yang di sandingkan dengan perbatasan biasanya identik dengan keterbatasan dan ada kesan pasti tertinggal dari kemajuan zaman.
Batu Ruyud sendiri adalah Prasasti Batu Ruyud Krayan sebuah prasasti batu yang terletak di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia.
Jujurly aku baru pertama kali mendengar tentang Batu Ruyud dan semakin takjub ketika tahun 2022 ternyata ada kegiatan Batu Ruyud Writing Camp yang menghasilkan Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan ini.
BRWC tahun 2022 menjadi tonggak awal sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menginspirasi para pelaku literasi di Borneo dan Nusantara. Dalam camp ini, para peserta tidak hanya menghadiri berbagai acara, pelatihan, workshop, pendampingan, dan diskusi selama tujuh hari tujuh malam, tetapi juga menyatu dengan alam Krayan yang memukau dan keramahan masyarakat Lundayeh.
Terdiri dari 15 pegiat literasi, termasuk 10 penulis dari berbagai kota di Indonesia, camp ini menjadi tempat bertemunya mereka yang memiliki semangat yang sama dalam memperjuangkan pentingnya literasi. Melalui narasi yang dibuat dalam buku berformat 15 x 23 cm dengan 264 halaman, para penggagas gerakan, seperti Dr. Yansen T Pandan, Masri Sareb Putra, Pepih Nugraha, dan Dodi Mawardi, menyoroti mengapa literasi dianggap krusial dan memilih Krayan sebagai simbol kebangkitan literasi.
Hadir saat peluncuran Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan Bapak Dr. Yansen TP, MSi selaku penggagas BRWC, beliau mengisahkan mengapa acara ini dilaksanakan di Batu Ruyud, Kalimantan Utara. Jadi menurut Bapak Yansen TP Prasasti Batu Ruyud ditemukan oleh Ayah beliau dan sepertinya kisah Ayahanda Bapak Yansen juga cukup menarik untuk diketahui sayang keterbatasan waktu membuat Pak Yansen kembali fokus membahas prasasti batu Ruyud. So Prasasti Batu Ruyud Krayan terdiri dari dua batu yang ditemukan dalam kondisi yang hampir hancur. Lalu penduduk setempat menyelamatkan prasasti dengan mengangkut batu dari sungai secara gotong royong dalam waktu sebentar batu-batu di sungai sudah tersusun menopang prasasti Batu Ruyud.
Bagi penduduk lokal, Batu Ruyud Writing Camp I 2022 bukan hanya sebuah acara literer, tetapi juga sebuah pesta rakyat yang mempersatukan mereka dalam kegiatan seni, budaya, dan kuliner. Acara ini bukan hanya tentang pengetahuan dan inspirasi, tetapi juga tentang partisipasi dalam sebuah perayaan besar yang menggabungkan literasi, seni, dan budaya. Dalam suasana yang penuh semangat, acara ini menghadirkan pelatihan menulis buku, jurnalistik, puisi, fotografi, serta diskusi tentang isu-isu lokal yang relevan bagi seluruh Indonesia.