Lihat ke Halaman Asli

Uli Hartati

TERVERIFIKASI

Blogger

Tips Worklife Balance: Jangan Tunda Pekerjaan!

Diperbarui: 30 Januari 2021   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

worklife balance - by ulihape

18 tahun menjadi karyawan di 8 perusahaan yang berbeda membuat aku bahagia bisa menjadi karyawan, dan tak ada alasan aku mengundurkan diri hanya karena merasa beratnya pekerjaan. Semuanya terjadi karena mantan-mantan bos menghire aku ketika mereka bekerja di perusahaan lain. So kalau pas interview HRD nya nanya "kok belum dua tahun sudah pindah?" maka jawabannya karena aku di 'hire' dan karena itu pula aku nggak pernah punya kontrak kerja dengan status Karyawan percobaan, aku selalu nego untuk langsung dijadikan Karyawan Tetap.

Kasus aku biasanya akan diawali dengan mendapat musuh di tempat kerja, karena hanya aku karyawan yang langsung diterima dengan status Karyawan Tetap. Sebenarnya ini bisa menjadi beban namun karena aku paham akan kemampuanku maka hanya butuh pembuktian saja supaya rekan kerja bisa mengakui "oh iya pantesan dia bisa langsung jadi tetap karena emang pro sih!"

Meski demikian menunjukkan loyalitas bukanlah segalanya, sebagai karyawan kita juga harus hidup seimbang jangan sampai pekerjaan membuatmu jauh dari kehidupan sosial, worklife balance memang harus ada dan bagaimana bisa mencapainya? Well aku akan share kisah worklife balance ku sejak dulu hingga saat ini.

Pentingnya Worklife Balance

Worklife balance itu mudah selama kita memang menginginkannya. Bahkan ketika seseorang dengan cap workaholic pun bisa jadi juga sudah mendapatkan worklife balance nya justru saat dia terus bekerja. Jadi menurutku nggak ada sih ukuran tepat untuk menentukan worklife balance seseorang. Tapi bagiku mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sosial adalah penting.

Ketika aku masih single aku sudah bekerja di luar kota jadi memang sudah berjarak dengan orang tuaku. Namun demikian selama itu aku selalu merasa dekat dengan orang tuaku karena memang tak seharipun aku tak menelepon mereka. Worklife Balance pas single tuh asyik, karena pekerjaan juga menuntut aku ke lapangan maka sering banget dinas ke luar kota, kerjaan beres jalan-jalannya dapat. Dan saat single bisa dikatakan dunia pekerjaan itu benaran asyik karena fokus hidup cuman kantor, kos-an, orang tua dan diri sendiri. 

8 jam di kantor, dan buat para single kadang justru bingung mau ngapain lagi ya? Nah aku selalu mencari worklife balance dengan mengisi 16 jam lainnya dengan kegiatan yang aku sukai, jadi dulu selepas bekerja aku akan nulis di kompasiana, jadi 1 artikel aku pun menuju tempat gym untuk berolahraga, selepasnya aku akan dinner dan pulang ke kos-an , sebelum tidur aku bercengkrama dengan teman kos dan saat weekend biasanya dulu kompasiana ada acara MODIS nah ikutan deh itu, bertemu orang-orang baru di luar circle kita selalu menjadi penyemangat. 

Setelah menikah maka mencapai worklife balance nya udah beda lagi, makin nambah fokus yang mau diurusi, selain kantor, masih ada urusan domestik rumah tangga which is cabangnya banyak banget suami, anak, pekerjaan rumah tangga nah buat yang nggak terbiasa mencari worklife balance kebanyakan nih akan terjebak makanya ada banyak Ibu Pekerja yang merasa gagal dan harus memutuskan resign bekerja karena nggak mampu menyeimbangkan urusan pekerjaan dan rumah tangga.

Meski aku baru otw 9 tahun menikah namun sampai hari ini aku merasa semuanya masih seimbang saja, aku bahkan masih sempat facial, dinner with friends tanpa harus meninggalkan kewajiban dalam rumah tangga. Itu semua karena sejak dulu aku memang sudah selalu melakukan worklife balance so sampai hari ini semua berjalan seimbang.

Kunci Worklife Balance : Jangan Menunda Pekerjaan

Kalau aku amati nih kadang hidup orang bekerja tuh terbalik, saat di rumah malah repot urusi pekerjaan, saat di kantor sibuk ngurusi urusan rumah. Please ini mah salah ya! Kalau begini tentu nggak akan merasa bahagia, boro-borolah punya keseimbangan wong semuanya saja sudah terbalik. Dan kesalahannya kalau aku amati tuh adalah kebiasaan Menunda Pekerjaan. Di kantor tuh kita dikasih 8 jam untuk bekerja dan kelewatan sih kalau dalam 8 jam nggak bisa nyelesaian target dan itu banyak kejadian.

Yang aku amati tuh contohnya seorang rekan yang suka ngopi dan ngevape, tiba di kantor jam 8 teng, trus dia cuci muka 15 menit, lalu duduk di meja nya meracik kopi, habis itu nyetel vape nya dan itu sudah pukul 9.20 wib, ketika aku menagih pekerjaan jawabannya on progres dan pas ditagih sebelum jam istirahat jawabannya dikit lagi. Teng jam istirahat dia selalu ontime , masuk lagi jam 1 baru deh ngasih pekerjaan, trus selama ke jam 1 itu aku sudah ngasih lagi pekerjaan baru. Alhasil pekerjaan selalu ada yang tertunda sehingga jam kerjapun nggak cukup menyelesaikan pekerjaan karena diselingi urusan prribadi tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline