Lihat ke Halaman Asli

Uli Hartati

TERVERIFIKASI

Blogger

Boikot Kecap, Cari Uang di Sosial Media Buat Beli Kecap Lain

Diperbarui: 28 Juni 2020   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boikot Itu Buat Apa?/koleksi pribadi

Urusan boikot di Indonesia nih gampang banget kejadian, dulu pernah juga aku nulis boikot . Sejauh apa sih boikot ini menjaga iman kalian? Sorry to say nih, karena rata-rata temanku sekarang adalah blogger/influencer so akunya jadi agak aneh melihat aksi beberapa orang yang terang-terangan ingin memboikot kecap kesayangannya hanya karena ada dukungan dari perusahaan induk bagi kaum LGBT. 

Anehnya mereka ini sama denganku memanfaatkan sosial media buat nyari uang, iya uang buat makan dan bayar ini itulah haha, beneran otakku gak nyampai ketika mereka bilang gak mau pakai kecap itu lagi haha tapi masih bikin konten di berbagai platform sosial media pendukung LGBT.

Buat aku pribadi ya jelas aku gak akan memuja dan menghadiri pernikahan mereka yang sejenis. Keluarga besar kami juga jelaslah gak pernah bermimpi ada keturunan yang begitu. Tapi apa kalian mau tutup mata kalau di dunia ini memang ada orang-orang yang begitu? Bahkan kisah ini bukan baru, Allah sudah kasih contoh kisah serupa buat kita jadikan pelajaran. 

Nah kalau beriman maka gak akan ngikuti, kalao ada yang mengikutinya udah jelas ada dalil buat mereka. Lantas apakah kalian gak pernah punya teman yang demikian? Aku punya, yang aku lakukan menasehatinya, mendoakannya tapi aku gak bisa memusuhinya. Lantas apakah sikap ini sebagai wujud dukungan?

Unilever tuh bukan hanya di Indonesia bebs, apa gak punya teman yang kerja di sana? Mikir gak aksi boikot kalian itu menjadi masalah buat orang lain? Mudahkan urusan orang lain maka akan ada banyak kemudahan bagi kalian. Lagian kalian bikin aku mengernyitkan dahi, boikot kecapnya lalu kalian bahagia menerima uang dari berbagai hasil karya kalian di sosial media? 

Pleaselah bukan gak menghargai keyakinan kalian, tapi aneh bro sis selama kalian beli kecap dengan bantuan sosial media pendukung LGBT maka bukan cuman urusan kecap tapi urusan hidup kalian juga sudah ada pada bagian itu. Itu kalau prinsip kalian dikit-dikit boikot ya

Realistis aja bro sis, kecuali kalian seperti mamak aku yang gak kenal sosial media, yang hidup juga dari uang kebunnya, make produk juga rata-rata dari hasil alam. Bukan seperti kita yang senang sedih aja harus bikin konten, tiap 14 hari dari nyelesain kerjaan kita nunggu transferan dari bank riba haha, bahkan demi gak di potong admin banyak kok yang jadi nasabah bank riba haha.

Hidup ini biasa sajalah, gak usah sok begini begitu tapi masih ada dalam kubangannya. Kalau betul mau boikot maka yang diboikot duluan itu adalah sosial media penghasil uang kalian. Aku pribadi paham akan ketidak nyamanan yang kalian rasakan tapi mengajak orang banyak atau sekedar memberitahukan bahwa kalian membenci seseorang itu beneran gak baik. Aku pribadi bahkan saat ini sudah menonaktifkan akun adsense ku karena memang ada rasa gak  nyaman. Tapi apakah lantas aku mengajak kalian hanya karena isi kepalaku?

Ada 200 perusahaan besar di Amerika yang mendukung LGBT, diantaranya bahkan melekat dalam hidupku, Google, Yutub, Instagram, Facebook, Twitter, Unilever, Microsoft, Master Card, dan Yahoo. Jangan jadi orang beriman yang memilih hal-hal yang menguntungkan diri sendiri saja. Ada teman yang begitu membenci bank konvensional tapi rela punya kartu kredit bank syariah dan dengan bangga mendukung aplikasi uang elektronik yang free biaya transfer haha, sehat gak sih? Adakah dalil yang memilah-memilah demikian?

So please, stop tindakan boikot hanya karena hal yang sebenarnya lu toleransi dalam hidup, namun karena heboh ikutan heboh. Stop bikin Allah ngakak liat kelakuan kita. Kalau aku yang jadi tuhan aku akan ngakak banget liat temanku yang boikot kecap tapi cari uang dari si pendukung LGBT buat tetap beli kecap lain. Besok si kecap ini ngakuin lagi eh boikot lagi haha. 

Kasihan Malika yang sudah dianggap seperti anak kandung, kini harus bersedih hati karena banyak yang membencinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline