Lihat ke Halaman Asli

Uli Hartati

TERVERIFIKASI

Blogger

Solusi Zero Waste Butuh Aksi Nyata Bukan Sekadar Gaya Hidup

Diperbarui: 12 September 2019   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zerowaste, ulihape.com

Sampah adalah masalah nyata, bicara soal rumah tangga saja sudah repot kalau harus memilah sampahnya dan kadang bingung dari mana sih ini sampah kok banyak aja ya ?

Sekolah Kanda ternyata salah satu sekolah program percontohan dari kurassaki alias Kurangi Sampah di Lingkungan Sekolah Kita. Dari sekolah ini aku tersadarkan "ehm iya..iya solusi mengurangi sampah itu adalah jangan bikin sampah".

Di sekolah anakku tidak disediakan tong sampah, bukan karena sekolahnya tak punya anggaran melainkan sekolah memaksa anak untuk tak membawa sampah, untuk tak memproduksi sampah selama berada di sekolah. Bahkan Kantin juga ditiadakan karena kalau di sekolah penyumbang sampah terbesar adalah kantin.

Hasilnya memang belum tampak saat ini, tapi anakku sudah mulai memikirkannya, misal saat jajan dia bilang "jangan jajan yang ada bungkusnya mami" mendengar ini paling tidak aku bisa berharap bahwa dia sudah tahu jajanannya akan menghasilkan sampah. Lalu kalau di dalam bis dia minum susu kotak dia akan bilang "sampahnya simpan dulu mami sampai ada tong sampah".

Gaya Hidup Cinta Lingkungan


Namun kita harus bahagia juga karena akhir-akhir ini sudah mulai banyak orang dan komunitas yang menggalakkan cintai bumi dan kurangi sampah plastik. Gerakan mengurangi belanja kantong plastik, restoran-restoran menghilangkan sedotan merupakan aksi yang akhir-akhir ini sangat dingaungkan dan aku setuju. Namun kesininya aku lihat kenapa ini niat cinta bumi sepertinya dibuat jadi gaya-gayaan ya? Ehm, bukan nyinyir sih hanya saja menurutku solusi yang ditawarkan ini belum bijak, kalau ditanya mempunyai efek apa tidak? tentu punya tapi sebesar apa?

Rerata sekarang semua orang mencari inspirasi itu lewat internet dan menurutku tak menggunakan sedotan lalu menggantinya dengan aneka sedotan yang ramah lingkungan kok rasanya jadi lebih mahal? Lalu adalagi tren demi bumi menggunakan menstrual cup yang lumayan harganya, kemudian beralih menggunakan sedotan kertas, menggunakan kertas. Sempat kepikiran apakah usaha itu signifikan menyelamatkan bumi?

Selamatkan Bumi dengan Tindakan Nyata


Solusi pertama untuk selamatkan bumi menurutku adalah jangan produksi sampah. Tanamkan ini dikepala masing-masing sehingga kita bisa urung niat untuk memproduksi sampah. Kita bisa selamatkan bumi dengan tindakan sederhana tanpa harus mengeluarkan biaya lebih, beberapa hal yang sudah aku lakukan adalah :

  • Makan/santap di tempat, sebagian sampah di rumah asalnya dari bungkus makanan yang beli. Sebagai langkah nyata aku mulai mengurangi kebiasaan membeli makanan, jadi biasanya aku akan santap di tempat dan ini lumayan mengurangi membawa sampah pulang ke rumah.
  • Memakai Pembalut Kain, apa sih bahasanya ya ? Dari dulu mamak mengenalkan pembalut kain untuk alas menstruasi, biasanya jahit sendiri dari lap handuk yang lembut jadi aku say no sih sama menstrual cup.
  • Minum Tanpa Sedotan, sebagai anak kelahiran 79 maka dulu memang enggak ada tuh minum pakai sedotan, minum di plastik. Langsung dikokop, dan agak kagok selama ini terbiasa pakai sedotan tapi balik lagi ke niat. Nah kalau gak ada sedotan bisa minta sendok sama pelayan jadi disendok deh minumnya. Enggak usah terlalu ngegaya sama sedotan apalah-apalah yang ramah lingkungan.
  • Bikin Acara Kurangi Pemakaian Plastik, nah kalau ada acara di RT usul saja beli inventaris seperti piring, gelas dan kebutuhan lain untuk acara jadi enggak ada gelas plastik yang sekali pakai, enggak ada strypoam. RT kami sudah melakukannya, ya meski bu ibu harus mau nyuci piring setelahnya hehe.
  • Kurangi konsumsi daging, nah kenapa urusan selamatkan bumi bukan hanya tentang plastik? karena ternyata yang bikin bumi makin tua ini banyak kok sebabnya. Sewaktu aku ikut ke sebuah event ternyata memasak daging itu menyumbangkan polusi yang wow loh. Jadi tadinya di rumah seminggu sekali aku masak menu daging, kini hampir bisa 3 minggu atau sebulan sekali.

Mungkin baru itu yang bisa aku lakukan, tapi menurutku ini sebuah tindakan nyata tanpa harus mengeluarkan modal hanya butuh tindakan. So mari selamatkan bumi dengan cara kita masing-masing, kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline