Sejak lajang papa ku adalah agen asuransi, karenanya berbicara asuransi bukanlah hal awam buat ku. Kami 6 bersaudara dan anak ke lima dan ke enamlah yang diberikan atau tepatnya dibelikan Asuransi Pendidikan. Kenapa? Saat itu penjelasan Mamak adalah bahwa pada saat kedua adikku nanti mencapai usia kuliah mungkin papa sudah pensiun dan bisa jadi sudah tidak gesit mencari nasabah/uang sehingga papa mamak butuh jaminan untuk bisa memberikan pendidikan kesemua anaknya secara merata paling tidak semua harus menjadi sarjana, begitu harapan kedua orang tua kami. Dan dari pengalaman hidup tersebut saya percaya bahwa Asuransi merupakan salah satu cara untuk menjamin ketercukupan biaya pendidikan anak.
Ada satu lagi kebiasaaan orang Sumatera Utara khususnya Tapanuli Selatan yang gemar memakai banyak perhiasan emas disetiap harinya dan bentuknya besar-besar banget. Dan Mamak selalu bisa menyisihkan uang untuk membelinya, dan aku termasuk tidak menyukai kebiasaaan ini, menurutku sedikit norak tapi semua orang memang begitu adanya. Kata mamak ini investasi buat kalain juga, hanya saja karena bentuknya perhiasan ya wajar dimanfaatkan seperti fungsinya, begitu penjelasannya.
Waktu berjalan dengan cepat pada akhirnya aku sampai juga dibangku kuliah, kemudian tibalah masa yang mengerikan, di tahun 1998 ketika abangku, aku dan adikku sama-sama dibangku kuliah tiba-tiba atas nama demokrasi perekonomian Indonesia jungkir balik "krisis moneter" begitu para ahli ekonomi menyebutnya, lalu harga dollar menyentuh angka 13 ribu ! Semua panik, semua merasakan efeknya, termasuk kedua orang tuaku mulai melakukan penyelamatan untuk kami anak-anaknya.
Papa yang saat itu memiliki asuransi dalam mata uang USD juga tergiur untuk menjualnya hanya demi menyelamatkan pendidikan kami, mamak yang selalu mempunyai banyak perhiasan ditahun itu harus ikhlas menjualnya dan menjadikannya sejumlah dana cair, lalu mendepositokannya sebagai investasi yang dipilih mamak untuk menyelamatkan perkuliahan ketiga anaknya. Saat itu aku sadar betapa pentingnya merencanakan dana pendidikan dan memilih investasi yang tepat sebagai penyelamat kehidupan didunia (tentu saja tidak menafikkan fungsi ketuhanan).
Lalu akupun demikian sejak bekerja mulai berusaha menyisihkan sejumlah uang untuk bisa ditabungkan. Beruntung ketemu jodoh yang berprofesi agen asuransi jadi sudah mempunyai pandangan yang sama terhadap pentingnya menyisihkan sebagian rezeki untuk sebuah proteksi. Betul rezeki hak Allah, betul mati hidup juga hak Allah, dan tak salah jugakan bila kami memilih asuransi sebagai salah satu ikhtiar untuk merencanakan sesuatu yang tak pasti. Pepatah bilang sedia payung sebelum hujan, pun begitu masih saja kan kebasahan? masih adakan payung yang susah dibuka? masih adakan payung yang membuat basah sebagian badan? masih adakan payung yang bocor? itu artinya Allah punya kuasa, tapi paling tidak disaat itu semua terjadi kita masih bisa basah-basah cantik #kekinianistilahnya.
Sebulan menikah akupun dinyatakan positif hamil, menabung masih menjadi kebiasaan kami, tentu saja kali ini ditujukan untuk mempersiapkan kelahiran anak kami. Urusan melahirkan saja kami mempunyai hitung-hitungan, kami melakukan survey lokasi terdekat dari rumah ke rumah sakit, menyurvei berapa biaya yang dibutuhkan untuk melahirkan normal dan caesar di 2 rumah sakit, semuanya sudah kami perhitungkan dan ketika tiba waktu untuk melahirkan maka kami sudah tidak bingung lagi untuk mengambil keputusan. Lalu kini dihadapan kami ada dua orang buah hati kami, keduanya laki-laki yang pertama berusia 31 bulan dan yang kedua 10 bulan.
Mengingat masa kecil ku yang sebagian besar menjadi saksi pekerjaan papa. Dimana banyak orang tua yang sejak dini mempersiapkan/merencanakan biaya untuk pendidikan anaknya, saat itu produk asuransi masih sangat konvensional, secara keuntungan tidak berbeda jauh dengan produk bank, hanya saja yang namanya produk asuransi pastilah berujung "proteksi". Artinya ketika hal yang tidak diduga terjadi misal anak sebagai nasabah meninggal dunia maka akan ada sejumlah dana sebagai kompensasi yang dikeluarkan perusahaan asuransi, atau bahkan ketika orang tua si anak meninggal maka akan ada sejumlah dana sebagai dana kelangsungan untuk si anak sebagai ahli waris.
Tahun 1996 aku pernah melihat dikantor papa banyak uang didalam kardus banyak sekali jumlahnya, ternyata itu adalah klaim dari nasabahnya dimana ayah sebagai tulang punggung keluarga harus berpulang ketika anak-anak mereka masih usia sekolah, saat itulah aku benar-benar merasakan betapa pentingnya kita merencanakan keuangan untuk kelanjutan hidup orang-orang yang kita sayangi.
Lalu bagaimana dengan aku ? Setelah memiliki anak pertama maka aku memang langsung memaksakan diri menyisihkan dana untuk persiapan pendidikan anak kami. Terlebih lagi jarak anak pertama dan kedua hanya 21 bulan sehingga kami harus benar-benar bisa memaksakan diri untuk menyisihkan sebagian uang kami untuk keperluan pendidikan anak-anak, jangan sampai kalah dengan cara orang tua saya yang nota bene dijamannya masih sangat minim informasi terkait merencanakan pendidikan anak lewat asuransi.
Bagi saya saat ini dari berbagai investasi maka saya dan suami memilih Asuransi sebagai salah satu cara untuk menjamin perencanaan biaya pendidikan anak-anak kami. Kenapa? Karena saya tidak memiliki dana yang banyak untuk investasi lainnya. Deposito? Tidak ada cukuo dana untuk didepositokan, Logam Mulia? Butuh uang tunai yang cukup untuk bisa membeli logam mulia, bursa saham ? Sedikitnya butuh 25 juta untuk bisa bermain disana, karenanya Asuransi adalah pilihan investasi yang paling tepat untuk kondisi keuangan kami.
Dan lagi sudah melihat banyak anak-anak yang terselamatkan masa depannya melalui asuransi pendidikan. Bahkan dulu sewaktu saya masih gadis, saya menyisihkan sedikit dana untuk memberikan keponakan saya asuransi pendidikan, hal ini dikarenakan orang tuanya belum mempunyai penghasilan tetap dan alhamdulillah ketika memasuki usia sekolah TK maka kami tidak bingung mencarikan sejumlah dana dikarenakan sudah dipersiapkan sejak dia lahir, memang asuransi tak lantas membebaskan kita dari biaya lainnya, paling tidak disaat kita membutuhkan sejumlah dana maka kita tahu sudah memilikinya.