Lihat ke Halaman Asli

Uli Hartati

TERVERIFIKASI

Blogger

BMI = Pembantu?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14303868171581486864

[caption id="attachment_413902" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber google"][/caption]

Beli pampers merk apa ? (mentang-mentang terkenal jadi digunakan sebagai kata pengganti “Popok sekali pakai”)

Aku tadi pergi naik Honda (padahal naik sepeda motor merk yamah*)

Hal tersebut sering kita temui dalam keseharian, nah ketika aku mendengar atau  membaca 3 huruf berikut “BMI” (Buruh Migran Indonesia) jujur dibenakku yang muncul adalah wajah-wajah orang Indonesia sendu, penuh tetes keringat , BMI itu pembantu rumah tangga yang bekerja diluar negri, BMI itu perempuan tangguh dari sebuah keluarga, BMI itu banyak yang lugu, BMI itu sering pulang kampung tanpa jawa, BMI itu dinegaranya dipandang rendah, BMI itu diperdaya bangsanya sendiri, BMI itu adalah sumber devisa terbesar sebuah bangsa, naasnya BMI itu sering ditipu saudaranya sendiri.

Seyogyanya BMI adalah Buruh Migran Indonesia, tapi di Indonesia entah siapa yang memulai maknanya menjadi sempit hanya terbatas dalam lingkup “TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di Luar Negeri, itupun dilancipkan kembali menjadi seolah-olah BMI itu hanyalah orang Indonesia yang bekerja sebagai pembantu dinegri orang. Makna yang lebih luas seharusnya BMI itu salah satu katanya adalah Migran yang artinya adalah seseorang yang pindah lokasi ke luar negri untuk keperluan bekerja, maka para bapak-bapak/ibu-ibu/mbak-mbak/mas-mas yang berdasi, berhak tinggi yang duduk digedung KBRI juga merupakan BMI! Tapi bisa dilihat juga dari sekian banyak media, banyak web-web bahwa yang menjadi isi nya adalah BMI dalam artian sempit, bahkan sempit pakai banget “Buruh Migran Indonesia adalah TKI yaitu pembantu.

Tahun 2000 awal saya mendapat kesempatan sangat berharga dalam hidup ,yang merupakan titik balik dalam memaknai perjuangan para pencari nafkah di luar negri . Saat itu saya mendapat tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang berlokasi disekitar condet, menjadi administrasi bagian seleksi calon TKI khususnya TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke negara Arab Saudi. Saya berkenalan dengan bermacam-macam sponsor (orang yang membawakan calon TKW) mereka berdatangan dari kuningan, garut, Sumbawa NTT dan suka bumi. Setiap hari mereka datang membawa paling sedikit 10 orang wanita. Setelah tiba dilokasi kami maka saya akan menseleksi mereka lewat data diri dan melakukan interview. Bila lulus tes seleksi awal maka mereka langsung kami lakukan medical check up (ke klinik langganan, ada beberapa klinik) hasilnya OK maka mereka berhak mendapatkan pelatihan di perusahaan kami dan tinggal paling tidak selama 3 bulan (sesuai aturan pemerintah), hal ini dimaksudkan agar mereka mendapatkan bekal yang cukup untuk siap bekerja di Negara orang lain. Setelah mereka dilatih maka mereka akan dites melalaui Lembaga Uji Kompetensi (LUK) berlokasi dicibubur, bila lulus maka mereka mendapat sertifikasi yang berguna untuk dibawa saat mengurus paspor. Sedangkan visa kerja akan masuk ke perusahaan-perusahaan jasa TKI dengan berbagai syarat-syarat yang diinginkan majikan dan dari visa kerja ini sebenarnya kami pihak penyalur jasa juga bisa mengetahui keadaaan dari masing-masing majikan. Bila sudah memiliki paspor maka mereka bersiap menunggu VISA kerja yang sesuai dengan keadaan mereka. Inipun kami lakukan seleksi bila sudah mendapatkan yang pas maka kami akan mengatur jadwal keberangkatan mereka. Sebelum terbang ke Negara asing mereka mendapat pembekalan terlebih dahulu dari pemerintah, dan tibalah saatnya mereka berangkat, tak sedikit sanak keluarga datang ke PJTKI untuk melepas anak/istri/orangtua nya bekerja ke luar negeri. Kontrak kerja adalah 2 tahun , setelahnya mereka akan kembali ke Indonesia dengan membawa uang yang cukup untuk meraih impiannya.

Godaan gaji tinggi hanya untuk mencuci, menyapu, memasak dan mengepel, yang membuat orang berbondong-bondong ingin menjadi TKI (TKW), sebulan kerjaan gini doang bergaji dua juta lima ratus ribu rupiah ditahun 2000 (wow… aku saat itu hanya memiliki gaji 850 ribu dengan ijasah S1 :D). Salahkah mereka yang ingin meraihnya ? TIDAK. Benarkah kisahnya selalu happy ending? TIDAK semua, tapi mungkin bila dipersentase kejadian yang tak mengenakkan ini memang sedikit dari sekian banyak kisah sukses para pejuang pencari nafkah dinegri orang. Memang tidak fair juga bila yang masuk media hanyalah kisah-kisah tragis saja.

Well, rangkaian panjang perjalanan TKI menuju negri orang, tak semulus cerita diatas. Tahukah bahwa ada banyak calon TKW yang datang dengan umur dibawah usia produktif , trus mereka memiliki badan yang bongsor sehingga saya saat itu sesuai arahan bos akan membiarkannya stay di lokasi penampungan (asrama bagi calon TKW sebelum berangkat), lalu bagaimana dengan KTP nya ? Kami memiliki tukang percetakan untuk memalsukannya, ajaib juga saat itu saya punya blanko KTP seabrek dari berbagai daerah sudah lengkap dengan cap stempel dan tandatangan camatnya, saya hanya butuh mesin tik untuk mengetik dan menukangi umur orang. Kemudian yang datang juga banyak yang buta huruf sehingga saya punya PR untuk mengajarinya mengenal huruf kemudian bisa membaca. Ada lagi yang datang dengan kondisi hamil muda, apakah mereka dipulangkan ? Tidak kami memiliki obat untuk merontokkan janin didalamnya, pulihkan 1 minggu kemudian siap kami latih untuk dikirim. Kemudian saat melakukan tes dicibubur apakah lulus semua ? TIDAK, tapi dengan menyogok panitia membayar per orang 100ribu maka semua calon TKW kami bisa memiliki sertifikat. Di imigrasi apakah langsung memiliki paspor?TIDAk seringkali mengalami kegagalan untuk usia yang kami tukangi, nah petugas imigrasi mengerti juga permainan para pekerja di PJTKI, alhasil calon TKW digertak mereka dan jujurlah mereka bahwa usianya memang belum sampai 17 tahun, trus TKW kami gak bisa memiliki paspor?TIDAK, saya cukup membayar 150 ribu maka pasporpun akan aku dapatkan walau harus menunggu sampai jam 1 malam. Apakah semua visa kerja yang masuk dari orang kaya? Memang mencari pekerja? TIDAK, dari visa pun sebenarnya teman saya khusus bagian Visa harus bisa membaca tulisan arab, disana sudah tertulis penghasilan majikan, kelakukan majikan, keinginan majikan. Bahkan saya pernah member visa kerja ke salah seorang TKW untuk menangani orang gila dan TKW ini senang luar bisa karena dia akan segera bekerja ke luar negri tanpa tahu siapa dan apa yang akan dikerjakannya. Dan bila da TKW pulang dengan penuh luka maka kami akan mendiamkannya, mengancamnya untuk tidak bersuara, menakut-nakutinya dengan denda 2 milyar, sampai akhirnya dia pulang dengan tangisan pengakuan bahwa ini salahnya sendiri :(

Calon TKI itu berdatangan dengan wajah polosnya, aku ajarin membaca bagi yang buta huruf, aku ajari memijat (majikan arab suka dipijat), aku ajari menyetrika, aku ajari mencuci, menyapu dan mengepel dan benar saja banyak yang membuat kesal, banyak yang memang tak bisa kerja, so?kan tugas kami toh selama 3 bulan harus dilatih ketrampilan ? Faktanya? Belum mencapai 3 bulan bahkan ada yang baru seminggu berada di lokasi penampungan sudah kami paksa berangkat, karena visa kerja sudah mendesak dan urgent ? maka jangan heran banyak TKW yang pulang sebelum waktunya karena majikan merasa tidak sesuai dengan keinginanya. Kelakuan bejat kami pekerja di PJTKI lebih parah ketika kami melakukan pilih kasih, artinya aku sebagai admin bisa menanyakan ke temanku ada visa yang bagus ga? Kode ini adalah untuk majikan kaya dan pekerjaan rumah tangga, temanku akan menjawab ada 5 visa yang OK, maka aku akan menghubungi bebrapa sponsor meminta fee lebih “bos ini ada visa OK berani kasih saya berapa? Siapa yang tertinggi itu yang aku kasih. Visa-visa kerja yang jelek statusnya biasanya kami beri kepada sponsor pelit yang berujung duka bagi TKW yang tak beruntung.

Apakah penindasan mereka berakhir? TIDAK selepas mereka sukses bekerja maka tibalah waktunya mereka pulang ke negaranya dengan segala kerinduan dan angan kebahagiaan. Sesampainya di bandara biasanya kami telah menunggu TKW kami, dan banyak TKI yang tidak dijemput oleh penyedia jasa, malang nasib mereka, maka akan datang para cleaning service mendekati mereka, kangenkan dengan keluarga? Nih HP ku telpon aja semenit 15 ribu, yang punya kangen sejuta dengan uang banyak maka tidak merasa keberatan hanya menyapa dan mengabarkan dirinya sudah diindonesia maka dia akan membayar ratusan ribu, setelahnya ketika akan mencari kendaraan untuk pulang kampong masih kena tipu lagi, uang dalam bentuk dollar bukan rupiah, maka banyak orang akan menawarkan jasa “sinih saya tukarkan” kurs saat itu 8.500, maka yang dia dapat dari 100 dolar hanyalah 500rb itupun menurut TKW yang baru mendarat sudah jauh lebih banyak. Belum lagi bagasi mereka yang diobrak abrik ? Perlakuan ini nyata saya saksikan, dan sampai akhirnya saya merasakan kepedihan didalam hati saya, saya merasa menjadi makhluk yang paling jahat saat itu, saya merasa penuh dosa, menjual mereka dengan tak sepantasnya, sampai akhirnya saya menarik diri dari dunia yang penuh intrik untuk kepentingan pribadi.

Tapi di tahun 2009 saya mulai mengenal dunia blogger khususnya kompasiana, disana saya banyak menemukan BMI yang hebat, mereka adalah pekerja biasa yang mempunyai kehebatan menulis, bahkan ada banyak BMI yang beruntung bisa mendapatkan gelar sarjana dinegri orang, perlahan saya mulai bisa menghilangkan trauma saya tentang dunia TKI. Namun jujur sampai saat ini saya percaya masih banyak PJTKI yang tidak benar, hal ini terjadi karena lemahnya pengawasan dari pemerintah. Maka kalao saya mempunyai kesempatan saya ingin memberikan sumbangsih bagi para BMI paling tidak saya tahu dimana ada permainan orang dalam. Harapan saya semoga BMI bukan hanya jadi ajang pahlawan tanpa jasa, saatnya dimata dunia mereka mengakui kualitas BMI dan ketika mendengar BMI yang terbayang bagi generasi seterusnya adalah gambaran para pejuang tangguh dengan segala kehebatannya.

~penghujung April~

"Tulisan Ini Diikutsertakan Lomba Blog Buruh Migrant Indonesia Bersama Melanie Subono"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline