Yah, seharusnya begitu semakin terbatas keuangan kita,maka selayaknyalah kita menggantungkan resiko-resiko dalam hidup ini kepada pihak ketiga (dalam hal ini ASURANSI). Lain hal bila kita memang milyarder, memiliki uang tak berseri katanya, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan, di PHK ? tinggal buka usaha, sakit tinggal berobat, menghilang dari dunia sudah pasti mempunyai warisan yang cukup untuk orang-orang tersayang. Nah bagaimana ketika anda hanyalah seorang karyawan biasa yang gajinya impas untuk kebutuhan rumah tangga alias tidak ada dana yang bisa dialokasikan untuk tabungan. Maka ketika terjadi PHK pada anda, siapa yang akan memberi nafkah keluarga anda ? Ketika anda sakit duit dari mana ? bahkan ketika anda harus menghilang dari dunia, apakah orang-orang tersayang anda sudah memiliki modal paling tidak bertahan beberapa bulan sembari menghilangkan kesedihannya ?
Bagi saya pribadi memiliki Asuransi bukanlah hal baru, saya sudah memliki asuransi sejak saya mulai bekerja dan mulai menjadi bagian dari tulang punggung keluarga. Dengan pekerjaan yang lumayan berisiko maka saya mulai berpikir bagaimana nanti apabila saya menemui sang pencipta lebih awal (didalam keluarga kami membicarakan kematian bukanlah hal aneh, bahkan perlengkapan seperti kain batik dan penutup keranda sudah terbeli, adalah mamak yang selalu berkata jangan orang-orang sudah ramai kalian masih belepotan cari kain untuk memandikan jenasah, kain untuk menutupi mayat dsb), mungkin karena itulah saya memiliki pikiran bagaimana seandainya saya mendahului keluarga saya ?
Asuransi bagi saya adalah salah satu solusinya, maka di tahun 2000-an awal produk asuransi belum beragam seperti saat ini, maka saya membeli asuransi hanya dengan manfaat Uang Pertanggungan, itupun hanya sebesar 50 Juta rupiah saja, karena hanya sedikit uang yang bisa saya paksa sisihkan untuk membayar preminya. Uang Pertanggungan (UP) adalah manfaat yang akan diterima ahli waris apabila nasabah meninggal dunia, manfaat UP berupa sejumlah uang tunai. Dan saya pikir 50 juta itu sudah lumayan untuk keluarga saya bertahan beberapa bulan, dan anda akan sangat salah ketika menjadikan asuransi sebagai sumber pendapatan. Asuransi bukanlah sumber pendapatan tetapi merupakan uang jaga-jaga untuk kondisi yang tidak kita inginkan. Dan saya pun sempat bercanda dengan mamak saya " mak jangan khawatir kalopun aku meninggal terlebih dahulu maka mamak menangisnya biasa saja (setahuku sebagian besar dibalik tangis duka itu adalah ketakutan tidak bisa bertahan, ketakutan bagimana hidup kami ?) karena ada 50 juta untuk mamak bisa bertahan sampai bisa menemukan jalan keluar untuk kondisi selanjutnya, minimal biaya pemakaman, biaya tahlilan jangan khawatir bisalah itu mak" begitulah candaku (alhamdulillah ya sudah 3 kali perpanjangan kontrak masih diberi umur panjang aamiin).
Dan aku sangat percaya bahwa disetiap doanya adalah keselamatan untuk ku, saya tahu doa itu ikhlas dari seorang ibu dan saya paham benar makna dibalik doa tersebut adalah agar saya bisa membantu keluarga. Dan kini setelah saya berumah tangga maka suami juga saya paksakan membeli asuransi, prinsip saya semakin kita tak memiliki uang yang banyak maka wajib memiliki asuransi, saya sampaikan kepada suami bahwa saya butuh jaminan untuk bisa bertahan beberapa saat apabila hal buruk terjadi. Setelah memiliki anak maka kebutuhan rumah tangga juga meningkat, pendapatan impas, no saving diakhir bulan. Maka kembali saya memaksakan diri untuk membeli asuransi bagi buah hati saya, ini karena saya tidak memiliki uang yang banyak untuknya, andai harus dirawat inap maka saya tidak memiliki sejumlah dana yang akan dijadikan uang muka, andai 5 tahun lagi dia bersekolah maka tak ada dana yang bisa saya tabungkan setiap bulannya. Saya percaya anda yang bergaji pas-pasan seperti saya pasti paham betul bahwa hanya mukjizat allah yang membuat selalu berkecukupan. Bila saya tuliskan diatas kertas seringkali pengeluaran jauh lebih besar dari pendapatan saya. Tapi bila memaksakan memiliki kewajiban maka semaksimal mungkin kita akan berusaha melunasi kewajiban kita, itulah yang saya lakukan memiliki asuransi justru membuat saya lebih disiplin dalam mengalokasikan pendapatan saya. Benar seperti perkiraan saya , disaat usia anak saya tepat 1 tahun ternyata dia harus dirawat di Rumah Sakit dikarenan penyakit Flu Singapur, saat itu terjadi saya baru membayar 3 kali preminya, dan ternyata anak saya harus masuk ruangan khusus "isolasi" yang biayanya juga tak murah, meski berasuransi bukanlah bicara untung dan rugi tapi saya merasa beruntung saat itu anak saya sudah memiliki asuransi kesehatan, sehingga saya bisa fokus pada penyembuhannya tidak repot memikirkan biaya Rumah sakit. Tagihan RS senilai hampir 6 juta bisa dicover benefit asuransi yang dimiliki, bahkan saya masih bisa mendapatkan benefit tambahan lainnya, dan sekali lagi ini bukan untung dan rugi tapi bagaimana saya tidak terbebani dengan masalah keuangan ketika hal buruk terjadi. Coba bayangkan andai saya tidak memiliki asuransi darimana dana 6 juta saya dapatkan dimenit itu ?
=============================================================
[caption id="attachment_407218" align="aligncenter" width="300" caption="poto ketika anak saya dirawat, ceria karena maminya juga ceria gak suntuk mikirkan tagihan RS hehehe"][/caption]
Well, di Indonesia berasuransi masih saja yang dibahas keuntungan dan kerugian, masih jarang yang bisa membaca manfaat yang diterima dengan kehilangan sejumlah uang. Berbeda dengan negara yang sudah melek asuransi maka mereka rela mengeluarkan sejumlah dana hanya untuk berjaga-jaga. Bahkan ketika kita sudah menyediakan payung sebelum hujan masih sering terjadi "payung macet dibuka", "payung bocor" ya kan ? Pemikiran masyarakat kita yang selalu ingin untung inilah yang membuat beberapa perusahaan asuransi selalu menawarkan benefit uang anda akan kembali, dan dampak hal ini tentu saja premi yang kita bayarkan semakin tinggi, inilah yang membuat masayarakat kita masih terasa berat untuk berasuransi. Dan seringkali asuransi dijadikan sumber pendapatan, artinya menabung di asuransi disamakan dengan menabung di bank yang kapan saja bisa ditarik dananya. Coba bayangkan ketika menabung di bank apa yang akan anda dapatkan apabila hal buruk terjadi ? kalau dana banyak ya sukur-sukur bunga nya bisa menolong, tapi kalau yang seperti saya maka hanya saldo yang tak seberapa yang ada. Jadi jangan kaget apabila dana yang anda tabung diasuransi sistemnya tidak seperti mesin ATM, selain menabung diasuransi merupakan investasi jangka panjang maka harus diingat bahwa asuransi sudah berani menjadi pihak yang akan menanggung resiko hidup kita, sudah tentu sebagai perusahaan mereka juga harus memiliki keuntungan.
Ada lagi yang membuat masyarakat masih terasa berat berasuransi adalah aturan didalam suransi tersebut misalnya masalah claim yang masih lambat, customer service perusahaan asuransi yang masih lama merespon setiap keluahan nasabah dan adanya oknum-oknum tenaga pemasaran yang masih suka nakal.
Ada beberapa hal yang anda perhatikan bila ingin berasuransi , yaitu :
1. Pastikan keuangan anda mencukupi untuk membayar premi secara kontinue, karena apabila anda berhenti sebelum masa kontrak maka dana anda tidak kembali sebesar premi yang anda bayarkan.
2. Isilah data dengan jujur dan benar, karena apabila anda berbohong maka jangan heran bila banyak kasus claim tidak dibayarkan hanya karena dianggap memberikan data palsu diawal kepesertaannya.