Lihat ke Halaman Asli

ULIFAH TATA

Aktifis pemberdayaan

Perjuanganku Melawan Covid

Diperbarui: 16 Agustus 2021   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pekerjaanku mengharuskan keluar rumah dan berinteraaksi dengan orang banyak. Saya sudah menerapkan prokes dengan ketat, karena setelah di berlakukan PPKM pasca lebaran begitu mengerikan. Kasus Covid semakin melonjak. Sedang pekerjaan harus mencapai target. 

Target yang di capai lebih banyak menghadiri pertemuan dan melakukan kunjungan di tempat berkerumunnya orang banyak. pada pertengahan Juni Kontak erat ku orang yang punya pengaruh kuat di kabarkan ada yang meninggal karena covid dan kontak eratnya juga banyak yang terpapar covid, termasuk kerabatku. tidak langsung begitu saja terpapar covid, karena aku bukan kontak erat langsung, pikirku gak akan terkena. 

Meskipun beberapa kontak eratku sudah mulai berjatuhan sakit. 

Dan beberapa diantara mereka hasil Swab Antigen Positif. Akupun jatuh sakit dengan gejala batuk kering sekitar dua minggu,

Pada hari Raya Idul Adha aku sudah mulai gak enak makan, 5 hari sebelumya aku mulai menggigil tiapa malam selama dua hari berturut-turut, 3 hari kemudian anakku yang pertama usia 18 tahun mengeluh kalau menggigil dan badannya kayak di tusuk-tusuk di pagi harinya. 

Sebelum Aku melaksanakan sholat Idhul adha aku Mandi, masuk ke dalam kamar mandi tidak bisa mencium bau apa-apa, termasuk sabun mandi cair yang biasanya baunya menyengat. Keluar dari kamar mandi aku langsung cari minyak wangi. 

Dan minyak wangi yang aromanya biasanya menyengat juga tidak ada bau apa-apa. Saya berfikir pasti ini gejala covid seperti yang sering aku baca di media sosial, Maunya periksa tapi ini tanggal merah, ya tanggal 20 Juli 2021 adalah hari libur nasional. 

Hari Qurban, dimana aku juga berencana membagikan daging korbanku ke tetangga keluarga di Malang, dan akhirnya aku pikir akan membawa masalah kalau aku kesana, disamping perjalanan 3 jam aku pasti membawa virus untuk keleuargaku disana. 

Akhirnya kuputuskan untuk kubagi kepada anak yatim dan yatim piatu terdekat saja. Dan hari itu juga aku sudah gak merasakan nikmatnya sate dan gulai kambing masakan ibu mertuaku yang enak. 

Pagi harinya tanggal 21 aku pergi ke rumah sakit swasta di kotaku, aku ketemuan sama  dua temanku yang melakukan swab juga, aku kasih kode ke mereka kalau aku merasakan gejala covid 19, sehingga aku gak mau bersalaman dan menjaga jarak sejauh mungkin dari mereka, setelah swab aku dipanggil langsung oleh petugas lab, dan menyampaikan bahwa hasil swab positif. Dan petugas lab rumah sakit tersebut menyampaikan padaku bahwa hasil swab akan di informasikan di Puskesmas wilayah aku tinggal. Dan agar keluargaku siap untuk dilakukan kontak tracing.PCR, wah pcr mahal pikirku, ternyata PCR gratis.

Pada malam hari aku mendapat telpon dari petugas Puskesmas tentang informasi dari Rumah sakit tempat aku swab. Dan petugas puskesmas menyampaikan bahwa keluargaku harus di swab. Ada konflik dengan suami, dia tidak setuju dilakukan PCR. Karena 2 anakku juga mulai ada gejala yang sama denganku yaitu anosmia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline