Lihat ke Halaman Asli

Melihat Ahok dari 3 M, A’an Mansyur di Suropati dan Si Pria Hentai di KRL

Diperbarui: 17 Februari 2017   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat Ahok dari 3m, A’an MAnsyur di Suropati dan Si Pria Hentai di KRL

Kali ini gue mau membagikan kisah absurd gue dengan sahabat terbaik gue Lela, dia kaka gue 1 tahun lebih tua dari gue. Tapi gue lebih menyukai untuk menganggapnya sahabat terbaik, terbasurd, tergila, terjelek, terpendek dan terpintar yang pernah ada. Gue jarang manggil dia kaka, gue lebih sering manggil namanya “Lelaaak!”, “Lel!”, “Lek!”, “Nuurlela!”, “Lettut!”. Bukan karna gue gak menghormati dia, tapi ketahuilah itu tanda keakraban seseorang dengan yang lain. 

Valentines day, Lela ngajak gue buat ketemuan, what the heck?. Dia tau kali gue masih nyomblo. Tenang dulu, dia ngajak ketemuan hari Rabu tanggal 15 Februari 2017 (komplit kyak mie ayam). Jam 11.45 wib si Lela udah jalan dari serpong, sedangkan gue masih nyantai depat tv sambil mencet-mencet Hp gue, kebetulan gue emang lagi off hari itu. Padahal dia udah bikin ultimatum katanya, “ Kalo lama kau, ku bunuuh kau!”, begitulah bahasanya. 

Kita janji temu dengan rencana pembahasan masalah kerjaan yang di setting untuk berada di lokasi Taman Suropati Menteng Jakarta Pusat. Nah kenapa harus di taman Suropati Menteng?, kenapa engga di kafe?, kenapa engga di mall?, kenapa engga di restoran mahal?, kenapa engga di Lapas? dan sebagainya?.

Menurut paham gue Taman Suropati adalah taman rakyat jelata, dimana gue masih bisa menemukan berbagai karakter orang. Varian karakter yang apa adanya, makanan yang dijajakan masih terjangkau dengan upah yang kita terima sebagai babu perusahaan orang. Bukan seperti mall, kafe dan resto tempat dimana kebanyakan orang dengan 2 karakter yang sama yaitu gengsi dan style. Ketika seseorang berada di tempat mahal pribadinya akan terlihat berbeda. Kenapa engga di Lapas?, ya emang kita narapidana ces?

Ya gue engga memungkiri kalau gue memang pernah ke mall, kafe dan resto. Tapi jujur aja gue tetap jadi diri sendiri kok bahkan kebanyakan absurdnya. Temen gue terkadang kebanyakan malu sendiri kalau ngajak gue bahkan dari tahap menegur sampai kepada level marah . Gue bangga aja ketika gue bertanya menu, “ada onde-onde gak mas?”, “ada sayur lode gak mbak?”, “Mas es krimnya jangan pake garem ya?”.

Tapi tiap kali gue jalan sama ciptaan Tuhan yang absurd ini, kita lebih suka dengan petualangan dari yang aneh-aneh bahkan sampai kegila-gilaan. Kita lebih menyukai hal-hal yang sederhana, merakyat dan menjadi diri sendiri dengan apa adanya. Apa mungkin karna kita berasal dari golongan kelas menengah ya?.

Tapi gue sekarang memfokuskan untuk bercerita tentang bagaimana girangnya bertemu dengan sosok yang selama ini mata melihat melalui media. Rabu 15 Februari 2017, hari bersejarah yang sederhana bagi kami berdua. Sederhana yang membuat bergirangnya hati untuk mencari spot yang tepat dengan memanjat pagar, sampai berteriak dengan sangat keras.

Gue dan Lela janji ketemu di stasiun Cikini. Yup akhirnya dengan bangga gue telat 2 jam lebih, dan gue berhasil ngebuat dia nunggu sampai emosian, jamuran dan kelaparan di stasiun. Lagi, inilah namanya true friends walau gue telat 2 jam lebih pas ketemu dia, malah gue yang diluan ngejambak rambutnya dan narik jaketnya sambil kita terbahak-bahak tanpa memperdulikan security dan orang-orang tak dikenal.

Waktu di stasiun tujuan utama hari itu adalah Taman Suropati. Sebenarnya kita engga tau dimana lokasinya, kita cuma modal nekad dan GPS. Di GPS kita harus menemppuh jarak sekitar 1,7 Km dengan waktu 17 menit. Sepanjang jalan kita asik cerita tentang masalah kerjaan, teman-teman kita, pahitnya jadi jomblo, rumah-rumah mewah, apartemen klasik ala-ala Belanda, dan orang-orang kaga jelas dijalanan alias penggoda. Yah gak salah lagi waktu kita jalan berdua banyak bibir-bibir dan mata-mata yang berusaha memikat (eaaak najis hoeeeek). 

Kita sempat bolak-balik karna salah arah terus sampai-sampai seorang security mengejek kita, ya kenapa tidak yang baca GPS si Lela. Nah kali ini berkat gue akhirnya kita berada di jalur sesuai GPS. Jaman sekarang gak ada lagi kata lost in a big city, elo Cuma butuh smartphone dan kuota elo bisa kemana aja. Kecuali di hutan, dusun atau desa-desa layak untuk dikatakan tersesat karna memang mungkin engga terdeteksi sama google map kali ya hehe.

Saat di GPS kita terlihat sudah hampir mendekati Taman Suropati, sepanjang jalan kami melihat jejeran mobil terparkir. Banyak orang lalu lalang, lalu ada tiba-tiba seseorang memakai baju kotak-kotak berlari menuju suatu arah. Kita cuma mikir ini orang pendukung si Ahok. Saat memasuki Jalan Lembang kita melihat semakin banyak orang dan kendaraan yang terparkir.
Gue ngomong sama Lela, “Lel ini kayaknya rumah lembang tempat kampanye si Ahok lah”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline