Lihat ke Halaman Asli

Jonah dan Janex

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jonah dan Janex adalah dua orang sahabat yang terpisah puluhan kilometer sebelum mereka saling mengenal. salah seorang dari mereka bercerita : "aku dan Janex bertemu saat ayah dan ibu kami sama-sama menjadi penduduk Vonderwers untuk yang pertama kalinya. kami tinggal di Marsarta dan rumah kami hanya terpisah beberapa petak jalan saja. Aku dan Janex bersekolah di sekolah yang sama, berada dalam satu kelas yang sama, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang sama, dan menyukai warna yang sama. tapi kami belum saling mengetahui itu semua sampai suatu hari Janex jatuh dari sepedanya. dia adalah wanita dengan gaya bersepeda yang sangat jelek sekali, bahkan aku yakin saat itu adikku yang berusia 3 tahun sudah jauh lebih baik dibandingkan Janex. hari itu adalah hari ketiga Janex latihan bersepeda, aku sudah memperhatikan caranya bersepeda sejak hari pertama, buruk sekali. dia masih menggunakan roda empat, dan kakinya bergetar tiap dia mulai mengayuh pedal pertama. dia memulai latihan intensnya di lapangan tenis mini yang sangat amat jarang dikunjungi orang. lapangan itu ada di belakang taman kota dan tertutup tumbuhan bersulur yang berbunga indah ketika musim semi. Janex masih tersungkur dengan lutut kanan yang memar. dia tidak menangis atau meradang kesakitan, aku sengaja menuruni lima anak tangga yang berlapiskan rumput hijau musim semi dan berjalan mendekatinya. aku mengejekknya habis-habisan, aku benar-benar dibuatnya tertawa melihat anak perempuan berusia 19 tahun yang belum bisa bersepeda. tapi dia tidak marah, atau membalas sindiranku, atau berpaling dariku. dia menyuruhku menjadi guru bersepedanya. katanya itu adalah hukuman karena aku telah meledeknya, dan jika aku menolaknya, dia bilang aku akan menjadi laki-laki pengecut yang paling besar omong. aku bersedia mengajarinya dengan syarat hanya dalam waktu dua hari saja aku menjadi gurunya. dia setuju. setiap sore dimulai keesokan harinya setelah Janex jatuh, aku terus mengajarinya sampai akhirnya dia bisa melepas kedua roda bantu di kanan dan kiri sepedanya. meski hari itu aku sangat yakin dia terlihat amat jelek dengan wajah berpeluh keringat dan lecet dan luka disekitar tangan kakinya dan rambutnya pun tidak rapi dan bajunya kotor akibat berkali-kali jatuh. tapi dia tertawa puas. setelah hari kesuksesannya bersepeda, setiap sore kami bersepeda bersama di taman kota. aku tidak lagi tertawa saat melihatnya bersepeda, bahkan dia terlihat cantik dengan bajunya yang bersih dan rambutnya yang rapi dan senyumnya yang ramah dan kulitnya yang putih. setiap sore kami bersepeda, atau berjalan bersama mengunjungi taman kota. kami masih akrab sampai sekarang dan tetap mengunjungi taman kota. dan hari ini aku yakin sekali saat pukul empat sore nanti dia akan mendorong kursi rodaku ke taman kota. kakiku terasa sudah sangat renta untuk berjalan. rambut putih di kepalaku sudah bisa membuatmu menerka nerka usiaku, tapi Janex masih kuat berjalan. sepertinya pengalaman jatuhnya saat bermain sepeda membuatnya sedikit lebih kuat dibandingkan aku. tapi dia tidak tertawa atau memberiku sindirian saat melihat aku tidak mampu lagi berjalan. dia merawatku dengan sangat baik dan sabar. dia istriku yang paling cantik." Jonah dan Janex bersahabat sangat lama sampai mereka melampaui persahabatan mereka.l

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline