Pertanyaan yang selalu menjadi hal yang lumrah dari tahun ke tahun. Mengapa hal yang sangat penting (Penerimaan Negara) menjadi sesuatu yang sulit dalam mencapainya.
Sulit untuk disangkal bahwa tahun 2016 lalu target penerimaan pajak yang diamanahkan oleh pemerintah masih berat untuk dipenuhi. Hal ini disebabkan karena kemampuan, kewenangan Dirjen Pajak dan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang melingkupinya masih belum banyak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun ini gagal lagi, maka secara otomatis akan semakin menambah panjang jejak kegagalan Dirjen Pajak.
Untuk tahun 2017 ini , sepertinya Dirjen Pajak masih sulit untuk melepaskan diri dari bayang-bayang kegagalan. Kondisi keuangan Negara saat ini sangat menghawatirkan, mengingat penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan bagi Negara yang utama.
Kegagalan satu atau dua kali mungkin hal yang biasa, masih dapat dimengerti dan dimaklumi. Namun, jika setiap tahun selalu gagal, tentu perkara ini bukanlah perkara biasa. Perkara ini adalah perkara serius, apalagi menyangkut permasalahan finansial Negara. Ada sesuatu yang tidak pas yang mengakibatkan permasalahan ini terjadi dan selalu berulang tiap tahunnya.
Target pajak yang ditetapkan pemerintah memang tinggi, namun target tersebut masih sesuai dengan kemampuan finansial masyarakat dan para pelaku usaha. Permasalahannya, desain dan kontruksi Ditjen Pajak yang ada sekarang terbukti belum mampu mengakomodir harapan pemerintah. Permasalahannya bukan terletak pada variabel kepemimpinan, situasi ekonomi dan/atau lainnya.
Menurut Menteri Keuangan, salah satu faktor yang menjadi penyebab tak pernah tercapainya target penerimaan pajak adalah karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Dirjen Pajak dan karena masalah infrastruktur IT. Hal tersebut sudah mulai diperbaiki dari tahun ke tahun, dengan menyediakan anggaran yang besar di bidang IT dan penambahan jumlah pegawai tiap tahun serta pemberian insentif yang memadai demi menambah kekurangan-kekurangan tersebut.
Namun, saya ingin menambahkan selain faktor di atas, juga ada faktor-faktor lain yang menyebabkan mengapa target pajak belum tercapai beserta solusinya:
- Kondisi perekonomianglobal yang sedang melemah. Solusinya: sebaiknya Indonesia lebih banyak membentuk dan meningkatkan ketahanan pangan, produksi dan konsumsi dalam negeri, serta mengurangi impor dan membangun kemandirian ekonomi bangsa.
- Rendahnya penyerapan APBN/APBD, sehingga berdampak Multiplier Effect yang tidak berjalan pada perekonomian masyarakat. Solusi: lakukan percepatan penyerapan anggaran dengan melakukan pengawasan dan pambimbingan Stakeholder dalam penggunaan anggaran yang efektif dan efisien dengan mengedepanka sikap pro rakyat.
- Banyaknya pemotongan insentif fiskal/pemotongan tarif pajak, pengingkatan PTKP (Pengahsilan Tidak Kena Pajak), dst yang dapat menyebabkan dalam jangka pendek makin memperparah penerimaan DJP yang tak tercapai. Namun di sisi lain, berbagai insentif tersebut akan terasa dalam jangka panjang (tahun selanjutnya). Dalam tahun-tahun berikutnya, akan terlihat dampak lainnya dari berbagai insentif fiskal yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat, menurunnya jumlah penduduk miskin atau meningkatnya jumlah tenaga kerja adalah berkurangnya subsidi yang harus diberikan pemerintah kepada masyarakat. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah yang awalnya digunakan untuk subsidi masyarakat bisa dialihkan ke pembangunan bidang-bidang lain yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh pemerintah. Misalnya, pemerintah bisa mengalihkan dana tersebut untuk pembangunan berbagai infrastruktur yang memang membutuhkan dan besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H