Lihat ke Halaman Asli

Kerajinan Tudung sebagai Potensi Daerah Desa Kritig

Diperbarui: 9 Juni 2024   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Desa Kritig merupakan salah satu desa  yang terletak di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar masyarakat di Desa Kritig bekerja sebagai petani. Sedangkan para ibu-ibu membuat kerajinan tudung. 

Tudung merupakan kerajinan dari bambu yang diproses sedemikian rupa sehingga  menjadi topi yang yang nantinya digunakan petani untuk bertani mulai dari menanam padi sampai memanen padi. Para petani memanfaatkan topi anyaman ini sebagai pelindung kepala mereka dari teriknya sinar matahari dan hujan. Bentuknya yang kerucut dan sederhana serta ringan membuat nyaman saat digunakan. 

Pekerjaan membuat tudung tidak terlalu sulit untuk dilakukan, sipapun bisa membuatnya karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam membuat tudung. Kuncinya adalah memahami pola anyaman tudung, asalkan telaten lama-kelamaan akan bisa membuatnya. Pekerjaan ini bisa dilakukan dimana saja, biasanya para ibu-ibu sambil mengasuh anaknya disambi dengan 'nglambar' yaitu membuat tudung sambil berkumpul dan berbincang dengan tetangga. 

Bahkan beberapa dari mereka juga melakukannya di sekolah sambil mengawasi anaknya yang tengah belajar di PAUD atau TK, tentunya bersama ibu-ibu yang lain. Untuk mengisi waktu luang, membuat tudung dinilai bermanfaat dan tentunya menghasilkan uang walaupun tidak seberapa. 

Dok. pribadi

Bahan utama membuat tudung ini yaitu bambu, bambu dipilih yang masih muda dan hijau agar mudah dikerok untuk diwilah atau dibelah-belah dengan pisau menjadi lembaran tipis dan panjang bernama ayaran. Disarankan untuk menggunakan pisau yang hanya digunakan untuk bambu, agar tetap tajam dan hasil belahannya rapi. Selanjutnya ayaran dijemur di bawah sinar matahari selama setengah hari hingga kering dan kemrisik atau berbunyi saat diangkat. 

Doc. pribadi

Selanjutnya ayaran dianyam dengan pola bertingkat membentuk lembaran yang nantinya dipincuk atau dikerucutkan membentuk tudung. Uniknya tudung memiliki pola yang menarik dan membentuk karya seni seperti menara bertingkat dari ketiga sisinya yang semakin ke atas semakin mengecil. Warna kuning alami dari ayaran yang dianyam tadi juga menambah nilai seninya. 

Doc. pribadi

Doc. pribadi

Namun, di Desa Kritig hanya sampai pada tahap tersebut. Selanjutnya dijual kepada pihak distributor untuk dilakukan tahap penyelesaian yaitu bagian wadah untuk kepala dan pinggirannya yang dilakukan oleh desa lain. Setiap satu lembar tudung dihargai Rp 2.000. "Semisal musim sawah lebih laku karena pada pake tudung jadi naik (harganya), sering naik turun tidak tentu." ujar Ibu Umi sebagai pembuat tudung. 

Biasanya dalam kurun waktu sekitar 2 minggu dihasilkan 150 lembar tudung, kemudian dijual di Pasar Gamblok, Desa  Tanjungsari, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang buka hanya pada hari senin dan kamis mulai subuh sampai pukul 07.00 WIB. Pasar Gamblok selain untuk menjual tudung juga banyak yang berjualan bambu sebagai bahan membuat tudung. Juga ada pedagang lain seperti pasar pada umumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline