Lihat ke Halaman Asli

Ulfa HimatulAzizah

Mahasiswa/UIN SUNAN KALIJAGA

Paradigma Integrasi: Pilar Keharmonisan dan Iman

Diperbarui: 3 Januari 2025   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendekatan ini sangat penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan berbasis Islam. Kombinasi agama dan ilmu pengetahuan tidak hanya melibatkan kombinasi keduanya, tetapi juga bagaimana keduanya saling memperkuat dan melengkapi satu sama lain. Dalam artikel ini kita akan membahas pentingnya paradigma integrasi,  cabang-cabang dalam Ilmu Islam dan Sosial  Humaniora yang terkait, serta contoh penerapan dari perspektif bayani, burhani, dan irfani.

Pentingnya paradigma integrasi

Paradigma integrasi mengacu pada penyatuan ilmu pengetahuan dengan prinsip atau nilai-nilai agama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas. Tujuan integrasi ini adalah untuk menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga bermoral. Metode ini sangat relevan mengingat kesulitan di seluruh dunia yang memerlukan keseimbangan antara ilmu dan iman.

Dalam hal ini, paradigma integrasi membantu menciptakan keseimbangan antara rasionalitas (burhani) dan spiritualitas (irfani), sehingga setiap individu dapat menghadapi tantangan dunia modern dengan prinsip agama dan moral.

Cabang-cabang Ilmu Islam dan Sosial Humaniora dalam Paradigma Integrasi

1. Paradigma Integrasi dalam Perspektif Bayani

Pemahaman Al-Qur'an dan Hadis sebagai landasan utama paradigma ini. Salah satu ayat yang relevan dalam konteks ini adalah ayat QS. Al-Maidah (5:2), yang berbunyi, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya." Ayat-ayat ini mengajarkan kebaikan dan takwa. Menurut tafsir klasik, tolong-menolong yang diperintahkan dalam ayat ini adalah kerja sama dalam kebajikan seperti infak, sedekah, dan kegiatan sosial. Menurut tafsir kontemporer, ayat ini menginspirasi orang untuk berpartisipasi dalam aktivitas kemanusiaan dan solidaritas sosial. HMPS PBIO di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan "Jumat Berkah" untuk mengumpulkan uang untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana menerapkan paradigma bayani dalam kehidupan sehari-hari.

2. Paradigma Integrasi dalam Perspektif Burhani 

Paradigma burhani berfokus pada pemahaman ayat-ayat Al-Qur'an dengan menggunakan logika, sains, dan filsafat. Paradigma burhani dapat diterapkan dalam kegiatan yang berbasis penelitian ilmiah. Misalnya, dalam bidang ilmu pendidikan, penelitian yang didasarkan pada kaidah ilmiah membantu kita memahami bagaimana agama dan ilmu pengetahuan bekerja sama. Penelitian tentang dampak sosial dari kegiatan keagamaan seperti "Jumat Berkah" yang dilakukan oleh HMPS PBIO menggunakan metode ilmiah untuk mengumpulkan data donasi, menilai dampak sosial, dan memastikan distribusi.

3. Paradigma integrasi dalam perspektif Irfani

Paradigma irfani mendorong individu untuk memperkuat takwa dan rasa tanggung jawab sosial, yang menghasilkan lebih banyak solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan paradigma irfani termasuk kepedulian terhadap orang lain: meningkatkan rasa empati dan solidaritas sosial; takwa dan hubungan dengan Allah: membentuk individu yang lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap Allah dan sesama. Inspirasi: Melalui kegiatan seperti "Jumat Berkah", kita belajar bahwa membantu sesama adalah salah satu cara pengabdian kepada Allah yang mendapatkan ridha-Nya. Paradigma integrasi antara ilmu dan iman juga penting, dan relevan untuk membangun individu yang seimbang secara intelektual dan spiritual. Perspektif bayani, burhani, dan irfani membantu menerapkan paradigma ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini terlihat dalam kegiatan sosial "Jumat Berkah" yang bermanfaat bagi umat. Integrasi ini memperkuat nilai-nilai agama dan ilmu, menciptakan individu yang peduli, bertakwa, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline