"Wibu itu bau bawang, tidak punya kehidupan sosial" -- Tidak dikenal
Pernahkah kalian mendengar tentang stigma negatif dari orang awam mengenai orang yang menyukai anime dan wibu? Namun, ternyata terdapat perbedaan mengenai orang yang menyukai anime (otaku) dan wibu. Wibu mempunyai arti yang berbeda dari otaku yaitu seseorang yang memiliki obsesi tidak sehat terhadap budaya Jepang. Biasanya orang-orang akan menyangkut pautkan antara otaku dengan wibu, karena sama-sama menyukai anime maka orang sering kali salah paham mengenai kedua nama tersebut.
Terdapat beberapa stigma yang masih melekat di antara kedua jenis tersebut, biasanya adalah wibu bau bawang (mengacu kepada orang yang tidak pernah mandi karena keasyikan dengan obsesinya terhadap hal-hal berbau Jepang), mereka biasanya no life (tidak punya kehidupan sosial karena keasyikan menonton anime), sering berhalusinasi tentang waifu (istri khayalan dari karakter anime berasal dari bahasa Inggris wife yang berarti istri) atau husbando (suami khayalan dari karakter anime yang berasal dari bahasa Inggris), dan lain sebagainya.
Beberapa di antara mereka masih menganggap bahwa wibu atau otaku adalah orang-orang yang dikenal sebagai outcast (orang buangan) karena sifat yang orang awam kenal adalah mereka seseorang yang penyendiri dan terhanyut dalam dunia halusinasinya. Tetapi, menurut saya stigma negatif tersebut sangat tidak benar dan masih banyak sekali penonton anime yang berbeda dari stigma tersebut. Setelah melihat beberapa stigma yang melekat kepada para penonton anime lantas apakah benar anime bisa memengaruhi gaya hidup penontonnya?
Makin menjamurnya anime di Indonesia karena dapat diakses dari berbagai macam media tentu membawa perubahan-perubahan di beberapa bidang. Menurut survei yang telah saya amati, terdapat beberapa jenis perubahan yang bisa memengaruhi para penonton anime, yaitu perubahan perilaku, perubahan fashion, perubahan padahal yang disukai, dan perubahan pada kehidupan sosial.
Sudah banyak contoh nyatanya dari perubahan-perubahan yang terjadi akibat dari anime sendiri. Tentu saja setiap hal memiliki dampak positif dan negatif. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari kecanduan anime. Pertama adalah kecanduan menonton anime sepanjang hari. Kecanduan yang membuat seseorang telalu lama menatap layar sepanjang hari membuat mereka kurang produktif dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, menatap layar sepanjang hari dapat merusak mata serta mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik.
Banyak wibu yang mengisolasi diri dari kehidupan sosial hanya untuk menonton anime. Isolasi yang dilakukan berkemungkinan besar berdampak negatif pada kesehatan mental, seperti mengalami perasaan cemas, kesepian, perasaan tidak peduli dengan sekitar, hingga depresi.
Hal ini menjadi sebuah kekhawatiran karena adanya kasus pembunuhan yang disebabkan oleh perasaan tidak peduli terhadap orang tua dan lebih memilih untuk menonton anime, seperti yang dikutip oleh (Kompas.com, 2021) pada salah satu artikelnya "Kesal Diganggu Saat Nonton Anime, Pria Ini Bunuh 2 Orangtuanya, Mayat Dimasukkan Kulkas" , "Merepotkan ketika merawat orang tua mengganggu waktu menonton anime-ku. Aku tidak tahan jadi kubunuh mereka," ungkap Junji Matsumoto saat diwawancarai dari Tokyo Reporter, Senin (26/7/2021).
Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa para penonton anime membawa perubahan yang positif juga. Perubahan yang paling dapat terlihat adalah dari gaya berpakaian atau fashion mereka. Penonton anime sering kali menggunakan aksesoris atau pakaian yang sama atau identik dengan karakter anime yang mereka sukai.
Tahap ini biasanya dilakukan oleh para penonton anime awam. Jadi sering kali. dijumpai para wibu atau otaku yang mengikuti gaya berpakaian karakter anime kesukaan mereka dengan cara meng-cosplay. Mereka yang melakukan cosplay karakter anime disebut cosplayer. Dan sering ditemukan cosplayer yang menyewa atau membuat kostum anime mereka semirip mungkin bahkan hingga memakan biaya ratusan atau jutaan ribu.
Bahkan saat ini terdapat kasus yang sering kali menjadi bahan pembicaraan orang-oranh yaitu, cowo Ghibli (laki-laki para pecinta anime yang dikarakterisasikan mempunyai sifat lemah lembut dengan fashion yang terkesan minimalis). Banyak orang yang kini mengagumi para cowo Ghibli ini karena terkesan boyfriend-able (laki-laki yang memenuhi standar untuk dipacari) dan akibatnya membuat para otaku atau wibu pun bisa lebih diapresiasi dari cara berpakaian mereka.