Lihat ke Halaman Asli

RA Ulfatun Nikmah

Mahasiswi aktif

Setiap Perbedaan Akan Ada Penghubungnya

Diperbarui: 29 November 2023   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setiap sesuatu pasti ada perbedaannya, entah itu kecil, sedikit atau malah besar dan banyak.

Dalam perbedaan, tentu ada yang namanya kewajaran-maksudnya mewajarkan sesuatu yang berbeda antara satu dengan lainnya karena itu merupakan hukum alam. 

Tuhan juga memberikan perbedaan itu agar kita memiliki banyak pengetahuan tentang hal baru dan juga sebagai hamba yang bisa menghargai juga menghormati perbedaan tersebut.

Namun, untuk mencapai keserasian antara perbedaan itu sendiri, kita memerlukan unsur untuk membantu menyokong hal tersebut. Sebut saja integrasi dan disintegrasi.

Integrasi sebagai bentuk dari unsur-unsur agar menjadi kesatuan yang utuh dan kokoh. Contohnya adalah integrasi nasional yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai unsur dalam mempersatukan perbedaan yang sangat beragam dan memberikannya tempat di setiap bagiannya sehingga membentuk kesatuan yang harmonis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Ketika integrasi bermakna mempersatukan, maka disintegrasi bermakna sebaliknya. Walaupun Indonesia memiliki Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan kesatuan, tidak memungkiri tidak adanya perpecahan.

Pertikaian kecil yang biasanya sering terjadi dalam komunitas dengan lingkup kecil, namun berakhir melebar dan meluas karena terlalu sering terjadi dan adanya oknum yang mengkambing hitamkan sehingga keluar.

Contoh kasus dari disintegrasi adalah pertama di semenanjung Korea, dimana mereka terpecah menjadi dua bagian dikarenakan adanya perbedaan ideologi yang tidak bisa dipersatukan. Korea terbagi menjadi dua bagian, yakni Korea Utara dengan ideologi paham komunis, sedangkan Korea Selatan dengan paham ideologi demokratis. Padahal, kalau dilihat dari segi perbedaannya, Korea tidak memiliki perbedaan yang begitu banyak daripada Indonesia. 

Contoh lain adalah perselisihan yang terjadi pada saat Indonesia sudah merdeka tahun 1948 tepatnya di kota Madiun. Partai Komunis Indonesia (PKI) namanya. Perselisihan itu disebabkan karena ada nya ideologi komunis dan Pancasila sebagai sebab utama pada saat pemerintahan Soekarno 18 September 1948. Berawal dari kecewa nya Amir Syarifudin karena diberhentikan dari posisi kuasa nya sebagai menteri. Karena tidak terima dengan hal tersebut, akhirnya Amir membentuk sebuah komunitas yang diberi nama FDR atau Front Demokrasi Rakyat. Kemudian Amir menggabungkan tiga partai besar komunis untuk membantu nya melawan kabinet Moh. Hatta. Tiga partai tersebut antara lain Partai Komunis Indonesia (PKI), Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Pemuda Sosialis Indonesia (PeSIndo). Amir menggabungkan ketiga nya adalah untuk memperluas ideologi komunis. Tujuan Amir tidak terlaksana dengan baik karena hal tersebut malah menyebabkan kehancuran dalam Indonesia, terutama pada kabinet saat itu.

Jika di telusuri lebih dalam lagi kemudian di pilah, Kasus yang disebabkan oleh Amir merupakan sebab internal, iklim politik yang tidak sehat dan adanya perbedaan ideologi dari sebab-sebab disintegrasi bangsa. sebab internal nya tentu dikarenakan adanya rasa tidak sejalan antara hubungan Amir dan kabinet Moh. Hatta saat itu kemudian membuat Amir mencari pembelaan yang sama dengan dirinya untuk memberontak. Kemudian dalam perbedaan ideologi antara Amir dan pemerintahan Soekarno. Karena adanya perbedaa itulah sehingga membuat masing-masing dari rakyat bimbang harus meyakini yang mana dulu. Karena ketika satu saja yang menonjol, tentu membuat paham lain merasa terkucilkan dan merasa dendam. Rakyat harus bisa meyakini paham yang ada agar tidak timbul paham-paham lain yang tidak sesuai dengan ideologi negara. Ini juga bisa bersangkutan dengan adanya politik di Indonesia. 

Kasus lainnya ada pada pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di tahun 1950. Dr. Christian Robert Soumokil sebagai pendiri dari Republik Maluku Selatan (RMS) dengan tujuan untuk menolak atas berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Soumokil tidak setuju ketika Negara Indonesia Timur (NIT) disatukan ke dalam wilayah NKRI, terutama Maluku Tengah dari Reoublik Indonesia Serikat. Sedangkan pemerintah Indonesia malah merasa terancam karena RMS berdiri. Karena merasa adanya ancaman serius untuk Republik Indonesia Serikat, maka pemerintah mengirimkan Dr. J. Leimena sebagai bentuk perdamaian. Namun sayangnya perdamaian yang pemerintah coba ajukan ditolak mentah-mentah oleh Soumokil. Akhirnya pemerintah menggunakan cara lain yakni dengan melaksanakan ekspedisi militer dan membuat kota Ambon dapat dikuasai di bulan November tahun 1950. Selang 13 tahun lamanya, pada tanggal 12 Desember 1963, Soumokil berhasil ditangkap dan diberikan hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline