Oleh Siti Nur Ulfa Romadhani dengan Ahmad Januarta Pratama, Muhammad Nelwan Fasha, Ibrahim Ahnaffalaj, Nur Annisa, dan Deva Pratiwi Ayu Lestari
Surabaya, siapa yang tidak mengenal dengan kota yang satu ini. Kota yang penuh dengan berbagai hirup pikuk manusia karena kota ini merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Oleh sebab itu kota ini merupakan salah satu kota yang paling banyak diincar oleh para kalangan siswa dan siswi SMA yang baru lulus sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti universitas, sekolah tinggi, ataupun politeknik.
Karena disini saya sebagai penulis belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang anak rantau, maka dari itu saya mencari informasi terkait biaya hidup yang dikeluarkan dari berbagai narasumber yang terdiri dari tiga mahasiswa dan dua mahasiswi semester lima yang saat ini sedang menempuh pendidikan tingginya di Surabaya baik dari Universitas Negeri maupun Universitas Swasta. Tujuannya adalah agar kita para calon mahasiswa dan mahasiswi baru agar dapat mengelola keuangan dengan baik. Khususnya bagi para orang tua nantinya supaya tidak kaget dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam masa pekuliahan dan dapat mempersiapkan pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan tersebut dari jauh-jauh hari.
Dari narasumber yang pertama ini, dia bernama Ahmad Januarta Pratama yang saat ini sedang menempuh pendidikan perkuliahannya di salah satu Universitas Negeri yang ada di Surabaya yaitu UPN Veteran Jawa Timur. Dari beberapa pertanyaan yang saya tanyakan kepada dia terkait biaya hidup yang dikeluarkan selama berkuliah di Kota Surabaya, menurutnya untuk biaya makan dalam sehari tergantung dari kebutuhan dan sesuai dengan UMR di Surabaya yang berkisar diantara Rp10.000,00-Rp15.000,00. Selain itu untuk masalah cucian, dia mengatakan bahwa dia tidak pernah menggunakan jasa laundry, karena masalah tersebut langsung ditangani oleh pembantu kos. Sedangkan untuk masalah transportasi, dia menggunakan kendaraan pribadi dengan pengeluaran bensin tergantung sesuai pemakaian. Akan tetapi, biasanya dalam satu minggu dia mengeluarkan biaya sebesar Rp25.000,00. Terkait dengan biaya kos, dia mengatakan dalam sebulan mengeluarkan uang sebesar Rp4.700.000,00. Dari pada itu semua dia tidak pernah mengeluarkan sepeserpun untuk masalah buku, karena dia langsung meminjam dari perpustakaan yang ada di kampusnya.
Lalu dari narasumber yang kedua, dia merupakan seorang mahasiswa yang berasal dari Universitas Surabaya atau biasa dikenal dengan singkatan UBAYA. Dia adalah Muhammad Nelwan Fasha. Berdasarkan beberapa pertanyaan yang saya tanyakan terkait masalah biaya hidup disana, dia mengatakan bahwa untuk biaya makan dalam sehari, dia bisa menghabiskan uang sebesar Rp50.000,00 jika dia mager atau malas gerak. Akan tetatpi jika dia berada di dalam suasana mood yang baik dan tidak mager, dalam seminggu dia menghabisan biaya sebesar Rp45.000,00 untuk membeli berbagai macam kebutuhan bahan makanan seperti nugget dan mie instan. Sedangkan untuk biaya kos-kosan dalam sebulan, dia mengeluarkan uang sebesar Rp1.300.000,00 include dengan kebutuhan laundry dan nasi. Dan untuk biaya pengeluaran buku, menurutnya tiap semester beda-beda, tapi yang paling makan banyak biaya ada di semester 1 dengan perkiraan Rp1.000.000,00. Untuk semester-semester selanjutnya sepertinya menghabiskan uang dibawah Rp600.000,00.
Selanjutnya narasumber yang ketiga adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Universitas Airlangga yang merupakan salah satu Universitas Negeri terbaik yang ada di Jawa Timur. Dia bernama Ibrahim Ahnaffalaj. Berdasarkan jawaban-jawaban yang saya tanyakan, dia yang paling kecil pengeluarannya dibandingkan dengan narasumber yang lain. Karena untuk biaya kos-kosan saja dalam sebulan, dia mengeluarkan uang sebesar Rp450.000,00. Dan untuk biaya makan dalam sehari, dia mengatakan bahwa tidak nentu, kira-kira Rp30.000,00-Rp40.000,00. Sedangkan untuk masalah cucian, dia melaundry pakaiannya satu bulan sekali dengan pengeluaran Rp45.000,00-Rp60.000,00. Selain itu, untuk biaya bensin, dia menjatahkan uangnya sebesar Rp50.000 dalam satu minggu. Lalu untuk masalah buku dalam satu semester, dia menghabiskan uang sebesar Rp100.000,00-Rp150.000,00.
Kemudian narasumber keempat adalah Nur Annisa. Dia saat ini sedang menempuh pendidikan tingginya sama seperti kak Ibrahim di Universitas Airlangga. Untuk biaya makan, dia menargetkan dalam seminggu paling maksimal Rp250.000,00 karena kiriman dari orang tuanya perminggu. Sedangkan untuk masalah cucian, dia hanya melaundry seprei, selimut, dan mukenah dengan menghabiskan biaya dengan kisaran sebesar Rp20.000,00 per bulan. Untuk masalah baju, dia tidak pernah melaundry pakaiannya karena dia cuci tiap mau mandi. Selain itu, untuk pengeluaran bensin, dia mengatakan bahwa dalam seminggu menghabiskan biaya sebesar Rp25.000,00-Rp30.000,00. Dan untuk pengeluaran kos-kosan dia menghabiskan biaya sebesar Rp1.500.000,00 dalam sebulan. Untuk masalah buku, sebelum covid-19 dia mengeluarkan dengan kisaran biaya Rp250.000,00 maksimal.
Dan narasumber yang terakhir adalah Deva Pratiwi Ayu Lestari. Dia saat ini sedang berkuliah dimana tempat dia menuntut ilmu sekarang sama seperti kak Pram di UPN Veteran Jatim. Terkait dengan biaya hidup, untuk biaya makan kak Deva dalam sehari menghabiskan uang sekitar Rp30.000,00. Dan untuk laundry, dia menghabiskan Rp25.000,00 tetapi sebenarnya tidak nentu karena dia sering mencuci bajunya sendiri, terkecuali saat dia lagi sibuk baru ngelaundry pakaiannya. Sedangkan untuk biaya transportasi, dia menggunakan kenadaran pribadi dan menghabiskan uang untuk bensin sekitar Rp15.000,00-Rp20.000,00 dalam seminggu. Selain itu, dia mengatakan bahwa pengeluaran uang dalam pembelian buku untuk satu semester sekitar Rp200.000,00 karena jarang ada pembelian buku.
Setelah menelitik berapa besaran biaya hidup yang dikeluarkan dari berbagai narasumber yang ada diatas terbukti ada beberapa perbedaan pengeluaran dari tiap-tiap indidu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa uang yang kita keluarkan tergantung dengan gaya hidup yang kita pilih. Jika kita memilih gaya hidup yang sederhana, maka pengeluaran kitapun juga tidak terlalu banyak. Dan jika kita memilih gaya hidup yang mewah, glamour, dan hidup dengan gaya hedonisme, maka pengeluaran kitapun akan semakin tinggi. Oleh karena itu, kita harus dapat mengatur dan mengelola keuangan dengan baik agar kita tidak menambah beban orang tua. Begitulah informasi yang dapat saya sampaikan. Jika ada saran maupun kritik silahkan tinggalkan di kolom komentar. Terimakasih.
Siti Nur Ulfa Romadhani-STIAMAK Barunawati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H