Lihat ke Halaman Asli

Jangan Berharap Sama Jokowi, Jika...

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

joko widodo-basuki tjahja purnama menang dalam hitungan cepat sejumlah lembaga survei. banyak orang melihat, ini sinyal keinginan perubahan warga jakarta. mereka bosan dengan segala tetek-bengek dan persoalan ibu kota sehari. dari macet, banjir, birokrasi yang lelet, penertiban yang tebang pilih.

mereka--mayoritas pemilih, berharap jokowi membawa perubahan. menularkan kesukseskannya memimpin solo di jakarta. setidaknya, meniupkan angin segar bahwa jika dikelola dengan baik, jakarta bisa kok dipersandingkan dengan kota-kota bagus di dunia. tata kota yang rapi, lalu lintas lancar, dan birokrat yang melayani, bukan dilayani.

tapi perubahan itu tak akan pernah terjadi, jika kita hanya mengandalkan sosok jokowi seorang diri. siapa pun yang menjadi gubernur, menurut saya, akan sia-sia apabila kolektif kesadaran masyarakat tidak dibangun secara positif. tidak dimulai dari diri sendiri.

bukan rahasia umum, jika kita seperti orang bingung di jalan raya. ingin lalu lintas lancar, tapi masih sering melanggar rambu lalu lintas. sering menerobos lampu merah, melawan arus, atau menggunakan jalur bus transjakarta yang seharusnya steril dari kendaraan lain. celakanya, itu bukan saja dilakukan warga sipil, aparat hukum pun sering terlihat melakukan hal tersebut. semuanya seperti biasa aja. hal lumrah yang harus dimaklumi semua orang.

saya pernah iseng bertanya dengan 10 teman yang menggunakan sepeda motor ke kantor. dari 10 orang itu, tidak seorang pun yang tak pernah melanggar aturan lalu lintas.

"soalnya kalau gak menerobos lampu merah, kita diklaksonin terus sama kendaraan di belakang," ujar salah satu di antara mereka.

"kalau gak lewat jalur busway, ya pasti telatlah sampai kantor," kata yang lain.

"pernah ditilang?"

"ah, gampang. kasih uang saja. damai di tempat. petugas memang cari duit kok," kata mereka. Singkat, tanpa merasa bersalah. kadang, kita gak salah juga diberhentikan. dicari-cari kesalahan agar mau memberikan uang kepada petugas.

selain mulai tertib berlalu lintas, pemerintah juga sudah seharusnya tegas. batasi masyarakat untuk membeli kendaraan dan usia kendaraan yang beroperasi. silakan saja masyarakat membeli mobil, tapi usia mobil tidak boleh dari 25 tahun. satu kepala keluarga juga tak boleh memiliki lebih dari dua mobil.

ini memang dilematis. di satu sisi, pengusaha dikejar target penjualan. jika produksi dibatasi, boleh jadi akan ada pengurangan pegawai. muncul pengangguran baru. namun jika pembelian tidak dibatasi, lalu lintas jakarta akan benar-benar tidak bergerak dua-tiga tahun mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline