Montunu Hulu dalam bahasa Bungku terdiri dari dua kata yaitu Montunu (membakar) dan Hulu (obor), Montunu Hulu adalah kegiatan membakar obor, tradisi ini sering di gunakan dalam setiap malam pergantian tahun baru 1 Muharram, malam takbiran dan malam lailatul qadar. Montunu Hulu dalam sejarah kerajaan Bungku memiliki arti menerangi kegelapan, dan sebagian umat muslim di kecamatan Wita Ponda mereka menyambut pergantian malam tahun baru islam 1 muharram dengan melakukan pawai Montunu Hulu. Dalam kegiatan ini warga bergotong royong membuat hulu, nampak rasa kebersamaan dan toleransi di sini, tidak ada aturan atau syarat yang mutlak untuk mengikutinya.
Pemerintah daerah Kabupaten Morowali melalui bidang budaya pada dinas pendidikan daerah juga pernah menggelar festival Montunu Hulu pada tahun 2022, ribuan hulu atau obor yang terbuat dari botol kecil yang di buat oleh siswa SD dan SMP dari 6 kecamatan, mulai dari Kecamatan Bahodopi hingga Kecamatan Wita Ponda memeriahkan festival Montunu Hulu ini. Festival yang di gelar di alun-alun Sangiang Kinambuka, Kelurahan Marsaoleh, Kecamatan Bungku Tengah ini di buka oleh wakil bupati Morowali. Kegiatan festival Montunu Hulu ini merupakan upaya dalam pengembangan dan pelestarian budaya Bungku.
Dalam pawai Montunu Hulu setelah obor-obor selesai di buat mereka akan berkeliling di iringi musik rebana sambil mengumandangkan shalawat dan pujian kepada Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur karena telah diberi kesempatan untuk hidup dengan baik. kegiatan pawai Montunu Hulu ini memiliki makna yang sangat mendalam yaitu sebagai simbol cahaya, sebagai ungkapan rasa syukur, harapan serta meningkatkan rasa kebersamaan dan menghormati sejarah. Meskipun pawai Montunu Hulu ini terkesan tradisional tapi tradisi ini hingga kini masih tetap dilakukan secara rutin, turun temurun di berbagai daerah di Kabupaten Morowali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H