Lihat ke Halaman Asli

AB

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13455231681443658789

Usia 19 tahun harusnya perempuan sepertiku sudah menjalani sebuah kehidupan yang lumrah seperti remaja lainnya. Apa yang ada padaku? Tidak ada hal-hal yang lumrah pada remaja. Ah, tidak. Aku masih punya sahabat. Tapi tidak banyak. Hanya 1, Nurul saja. Bukan “saja” tapi dia lebih dari sahabat buatku. Ketika ulang tahunnya yang juga ke-19,dia memiliki sebuah do’a yang ia selipkan di antara do’anya untuk menjadi designer bisa terwujud sebelum lilin ia tiup. Do’anya adalah agar “hatiku bisa lembek”. Aku sama sekali tidak mengerti. Namun, sialnya itu membuatku galau selama 2 hari. Menjengkelkan karena dia mengumpatku lantaran Asmar ku tolak.

“lue jangan sok jual mahal, Ta. Ingat, di dunia ini banyakan cewek dari pada cowok. Kalo lue masih juga masih jual mahal lue bisa gue pastiin bakal jadi perawan tua” itu katanya. Tidak hanya itu. Dia bilang lagi “gue sumpahin kalo nanti lue jatuh cinta sama cowok, lue akan suka cowok yang sumpah menjengkelkannya, cowok yang gak bisa lue hadapin, tapi sialnya juga lue tetap suka ama dia..” Oh My God, apa yang harus ku lakukan jika sumpahannya terkabul mengingat dia adalah orang teraniaya karena bersahabat dengan orang sepertiku.

Itu terjadi 3 tahun yang lalu. Sempat melupakan kata-katanya karena toh sampai kemarin hatiku masih damai saja. KEMARIN tapi TIDAK HARI INI. Aku menyukainya. Laki-laki unik, tidak jelas, bergolongan darah AB, dan fanatik bola.

“Ta, kenapa tidak bergabung dengan yang lain?”

“ah, tidak. Saya lebih ingin menikmati masa-masa terakhir kita di Baksos ini dengan mengamati saja apa yang ada di depanku”

“haha,kamu unik (aku terpesona dengan kata-katanya ini). Ah iyya, bisa minta nomor hp mu?”

“ahh..ya”

Percakapan langsung terakhir dengan Furqan itu sudah berlalu beberapa bulan ketika hatiku masih saja datar. Kini hatiku benar-benar di peras karena menyukainya. Ini sudah kali ketiga aku menangis karena dia. Pertama, dia pernah membentakku di telepon karena tidak membalas komentarnya di Facebook. Aku yang tak pernah sekalipun di bentak tentu saja bisa terisak secepat itu, maka wajar aku menangis. Kedua, ketika aku mencoba mencintai kegemarannya. BOLA. Padahal, sedariku kecil tak pernah sekalipun aku menonton bola. Ketika aku ikut berkomentar tentang bola juga di facebook tak sengaja aku bilang tak menyukai cara main salah satu pemain yang ternyata itulah idolanya. Apa yang terjadi? 1 bulan dia tak membalas komentar-komentarku di facebook, tidak membalas smsku, dan tidak mengangkat telponku. Hatiku memang terlalu peka, cepat nangis. Walau akhirnya dia sms sendiri dan hanya bilang “tolong dong pinjamin saya novel mu yang kemarin kamu baca di tempat baksos. Ya?” Seolah tak terjadi apa-apa. Ketiga, saat ini. Ketika saya sadar do’a Nurul di ijabah Tuhan. Huhuhu.

Pernah mendengar kalau orang AB itu tergolong orang yang susah di tebak maunya apa, tak bisa menggambarkan karakternya sebenarnya dan unik. Ya, dia unik. Selama ini tak pernah ada yang bisa menegurku secara langsung tapi dia “BISA” melakukannya. Berbagai kesalahan-kesalahan yang ku lakukan telah ia ingatkan. Saat ini aku tepat berada di hadapannya. Untuk apa? Untuk mengungkapkan kalau aku menyukainya, dan kembali ia menegurku “Tita, jangan mudah terbawa perasaan. Kamu tidak harus larut terus dengan perasaan-perasaan semacam ini. Kamu Dokter, kamu harus lebih kuat agar ketika kamu kehilangan kekuatan untuk membantu pasien mu bertahan hidup kamu juga tak harus menangis seperti ini” Kata-katanya seperti setruman listrik yang membuatku kaku tak bisa berbuat apa-apa. “Dan juga, kamu perempuan. Kamu tidak harus mengungkapkan perasaanmu pada laki-laki yang kamu suka karena ketika kamu di tolak pasti kamu nangis” Saya tersentak. Melihat wajahnya aku sudah bisa menebak. Apa aku di tolak? Aku membuang pandanganku darinya dan tak bisa menghindari air mataku mengalir. “keh,kamu jangan nangis. Hmm… Tita, kamu mau jadi istriku?”. Ya, dia tetap Si AB. Gak bisa di tebak.^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline