Lihat ke Halaman Asli

Ulfah Rahman

Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Berkenalan dengan Perjalanan Darud Da'wah wal Irsyad

Diperbarui: 5 Februari 2022   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulfah Rahman, Mahasiswa STAI DDI Pangkajenne Sidrap 2022

Sudah kenal dengan DDI belum? Sebelum membahas perjalanan DDI, yuk kita mengenal DDI terlebih dahulu...

DDI adalah singkatan dari Darud Da'wah wal Irsyad, dimana organisasi ini bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. DDI didirikan oleh Anregurutta H. Abd. Rahman Ambo Dalle,  Anregurutta H. Daud Ismail, dan Anregurutta M. Abd. Pabbaja.

Sebelum menjadi DDI seperti yang kita kenal sekarang ini, DDI mempunyai perjalanan yang cukup panjang loh...

Pertama kita bahas mulai dari Anregurutta H. M. As'ad, yaitu guru dari Anregurutta H. Abd. Rahman Ambo Dalle sebagai pendiri dan ketua umum pertama dari DDI.

Gurutta H. M. As'ad dari Perkumpulan Tabligh ke MAI Sengkang

Salah seorang Ulama yang sangat besar peranannya dalam pengembangan pendidikan Islam di Sulawesi Selatan adalah Haji Muhammad As'ad bin Haji Abdur Rasyid Al-Bugisy. Beliau berasal dari Wajo namun kakek dan orang tuanya adalah Ulama Bugis yang bermukim di Mekkah dan Haji Muhammad As'ad sendiri dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiustsani 1326 Hijriyah atau tahun 1907 Miladiyah. Tahun 1928, ketika berusia 21 tahun Haji Muhammad As'ad kembali ke tanah leluhurnya di negeri Wajo. Setiba di Sulawesi Selatan beliau melihat berbagai praktik-praktik dalam masyarakat yang sangat bertentangan dengan akidah Islam, seperti penyembahan berhala dan pemberian sesajen kepada benda-benda yang dikeramatkan. Maka, langkah awal yang dilakukannya untuk memerangi kemungkaran itu adalah membentuk perkumpulan tablig yang beranggotakan murid-muridnya sendiri. Beliau sendiri sebagai ketuanya dan langsung memimpin jalannya jamaah tablig tersebut.

Berkat ketekunan, ketegasan, dan kegigihannya dalam waktu yang relatif singkat masyarakat meninggalkan perilakuperilaku khurafat, syirik, dan kemungkaran lainnya. Salah satu contoh adalah faham tentang bolehnya memfidyah salat. Suatu ketika Anregurutta H. M. As'ad diundang menghadiri pemakaman salah seorang kerabat Arung Matowa Wajo (Raja Wajo) Haji Andi Maddukkelleng. Saat itu beliau ditawari agar berkenan menerima fidyahnya orang yang meninggal dunia dan semasa hidup meninggalkan salat. Tawaran itu ditolaknya dan beliau menyampaikan bahwa salat itu tidak boleh difidyah. Padahal fidyah itu berupa emas dan uang tunai yang jumlahnya cukup banyak. Serta masih banyak kisah-kisah tentang ketegasan beliau dalam mengajarkan agama islam. Karena sikap tegasnya itu, faham yang sudah melekat pada masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya di Wajo, akhirnya ditinggalkan masyarakat.

Disamping itu, Haji Muhammad As'ad aktif memberikan pengajian dengan sistem halakah di rumahnya atau di mesjid. Titik berat materi pelajarannya adalah pada masalah akidah dan syariah. Semakin lama pengajiannya itu didatangi oleh santri dari berbagai daerah sehingga sistem halakah dianggap tidak cocok lagi. Karena itu, pada bulan Mei 1930 beliau membuka sistem pendidikan formal dalam bentuk madrasah atau sekolah disamping Mesjid Jami Sengkang yang diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI). Dua tahun kemudian dibangunlah gedung sekolah permanen di samping kiri dan kanan Masjid Jami Sengkang, atas bantuan pemerintah kerajaan Wajo bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Dari lembaga pendidikan ini lahirlah sejumlah Ulama, diantaranya: H. Abdurrahman Ambo Dalle, Haji Daud Ismail, Haji Hobe, Haji Muhammad Yunus Maratan, Haji Muhammad Abduh Pabbajah, Haji Muhammad Amberi Said, Haji Junaid Sulaiman, Haji Muhammad Yusuf Hamzah, Haji Abdul Muin Yusuf, Haji Muhammad Amin Nashir, Haji Marzuki Hasan, dan lain-lain. Para lepasan MAI Sengkang ini kemudian mendirikan pesantren di berbagai daerah. Diantaranya AG. H. Abdurrahman Ambo Dalle mendirikan MAI Mangkoso lalu bersama AG. H. Daud Ismail dan AG. H. M. Abduh Pabbajah mendirikan DDI (Darud Da'wah wal Irsyad). 

Anregurutta Haji Muhammad As'ad wafat pada hari Senin 12 Rabiul Akhir 1372 H atau 29 Desember 1952. setelah menderita sakit selama tujuh hari. Untuk menggantikannya memimpin MAI Sengkang, tampillah Anregurutta Haji Daud Ismail, salah seorang murid seniornya. Untuk mengabadikan nama beliau, dalam musyawarah MAI pada tanggal 25 Sya'ban 1372 H atau 9 Mei 1953 disepakati untuk mengganti nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang menjadi Madrasah As'adiyah (MA). Dalam perkembangannya, Madrasah As'adiyah menjadi organisasi yang membina madrasah dan pondok pesantren yang berpusat di kota Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline