Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Terdapat berbagai macam sarana dalam berkomunikasi, salah satunya media sosial. Media sosial sendiri mengacu pada berbagai aplikasi berbasis Internet, termasuk jejaring sosial, wiki, blog, dan sebagainya, yang memungkinkan pembuatan dan pembagian konten yang dibuat oleh sang pengguna.
Di era serba digital ini, semua orang pasti mengetahui media sosial, khususnya seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Ketiganya merupakan media sosial yang paling terkenal dan dipakai banyak orang. Dengan adanya media sosial secara langsung dapat mengubah cara orang menjalankan kehidupan sosialnya. Termasuk juga mengubah cara berinteraksi di dalam kantor. Media sosial juga dinilai menjadi sarana yang penting sebagai tempat untuk menyampaikan opini, berbagi cerita dan informasi sekaligus sebagai media untuk melakukan promosi.
Terdapat istilah menurut McKinsey Quarterly dalam artikel Marketeers yakni "Organizational Social-Media Literacy" yang merujuk pada pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media sosial untuk kepentingan organisasi maupun perusahaan. Namun, tidak semua petinggi perusahaan maupun organisasi menyadari manfaat media sosial ini. Bahkan, ada beberapa pemimpin organisasi yang menganggap media sosial sebagai media yang mengancam produktivitas, terlalu beresiko, dan sekadar buang-buang waktu.
Dengan perkembangan sosial media yang sangat pesat di Indonesia, maka dibutuhkan sosok pemimpin yang "melek" dalam penggunaan sosial media. Pemimpin yang melek media sosial ini maksudnya adalah seorang pemimpin harus tahu dan mengerti bagaimana cara berkomunikasi aktif dengan baik di media sosial. Selain itu, pemimpin juga harus mampu mengatur arus informasi dan komunikasi dari perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya di media sosial.