Lihat ke Halaman Asli

Ulfa Dwi Yanti

Universitas Mataram

Selayang Pandang PMM 2, Isola dan Universitas Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 5 September 2022   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyampaian materi dan arahan oleh dosen

            Pertukaran Mahasiswa Medeka (PMM) merupakan salah satu program MBKM yang dicanangkan oleh menteri pendidikan yang memberikan wadah dan fasilitas bagi mahasiswa untuk berkuliah di perguruan tinggi yang berbeda pulau dengan perguruan tinggi asal selama satu semester. Kegiatan ini ditujukan agar mahasiswa mampu memperoleh pengalaman baru, teman baru, belajar lintas budaya, mengembangkan berbagai keterampilan kemandirian, kepercayaan diri, dan kepekaan sosial serta berbagai manfaat lainnya. Pada tahun ini saya berkesempatan mengikuti kegiatan PMM angkatan kedua dengan perguruan tinggi penerima yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di kabupaten Siliwangi, Kota Bandung. Sebuah pengalaman luar biasa tentunya dapat menginjakkan kaki di kota Bandung, daerah yang dikenal dengan julukan kota kembang yang kaya akan destinasi wisata, kuliner, budaya dan seni.

            Salah satu kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa PMM 2 yakni kegiatan modul nusantara yang dijadikan sebagai matakuliah wajib. Pada Sabtu, 3 September 2022 merupakan hari pertama kegiatan modul nusantara bagi mahasiswa inbound UPI. Modul nusantara kali ini membawa kegiatan kebinekaan berupa kunjungan atau mengelilingi UPI untuk lebih mengenal tentang kampus UPI. Pertama, dilakukan kegiatan shareing sejarah oleh Pak Esa salah satu dosen FPSD di UPI.

            Pada saat penyampaian materi diperkenalkan spot bersejarah yang ada di UPI yakni musium pendidikan nasional, taman partere, taman bareti, rumah dinas rektor, markas batalion dan villa/gedung isola. Berikut beberapa penjelasan dan foto terkait tempat tersebut.

Museum pendidikan nasional UPI

            Museum Pendidikan Nasional UPI dibangun atas prakarsa Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata M.Pd, dan didukung oleh Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan, Lc pada saat itu. Pembangunan Museum Pendidikan Nasional ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab UPI sebagai perguruan tinggi yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian warisan sejarah budaya bangsa khususnya dibidang pendidikan. Keberadaan Museum Pendidikan Nasional diharapkan mampu menjadi wahana pusat penelitian, serta sumber belajar dan pembelajaran, yang dapat meningkatkan kompetensi pendidik maupun wawasan pembelajar dalam mengupayakan peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menjadi tujuan wisata budaya di Jawa Barat dan Nasional. Karena pada dasarnya manusia tidak mempelajari masa lalu, melainkan masa depan.
            Museum ini diharapkan menjadi wahana bagi pengunjung untuk tidak hanya bisa melihat koleksi (something to see), tetapi bisa melakukan sesuatu (something to do) dan berbagai pengalaman (something to share), serta membeli sesuatu yang dapat menjadi kenang-kenangan (something to buy). Museum Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia merekam jejak sejarah pendidikan nasional melalui upaya konservasi, edukasi dan riset serta rekreasi yang “leading and outstanding”.

Taman partere

            Taman partere terletak di belakang gedung/villa isola Universitas Pendidikan Indonesia. Disini terdapat pohon beringin besar sebagai pohon yang menjadi penanda berdiri sekaligus umur kampus UPI karena pembangunan kampus dulunya ditandai dengan penanaman pohon bukan peletakan batu pertama sepeti pembangunan tempat pada umumnya. Tempat ini cocok untuk digunakan sebagai tempat nongkorong atau diskusi karena suasananya yang sejuk dan indah. Terdapat kolam dan patung seseorang yang membawa guci sebagai ikon yang terdapat di taman tersebut. 

Markas komandan Menwa  Mahawarman Batalyon XI

            Mahawarman secara historis lahir sebagai bentuk respon terhadap perlawanan kelompok separatis Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat di tambah aspirasi para mahasiswa yang ingin berbuat sesuatu untuk melindungi bangsa mereka yang tengah carut-marut waktu itu di akomodir pemerintah dengan mengeluarkan SK Pangdam VI Siliwangi no.40/2/5 tahun 1959 tentang di terapkannya wajib latih (kemiliteran) bagi mahasiswa yang populer dengan sebutan Walawa. Angkatan pertama Walawa melibatkan 960 mahasiswa dari tiga perguruan tinggi terkemuka Jawa Barat ( ITB, Unpad, Unpar) dan pelatihannya secara resmi di mulai pada tanggal 13 Juni 1959 dengan upacara defile yang di hadiri oleh Jendral Abdul Haris Nasution. Pemberian nama Mahawarman untuk cikal bakal Menwa Indonesia tersebut juga dilakukan oleh beliau saat itu. Setelah menjalani latihan kemiliteran taktis di bawah pengarahan para instruktur berpengalaman dari Kodam VI/ Siliwangi, para perintis Menwa ini membuktikan kesadaran bela negara mereka dengan terjun langsung mempertaruhkan nyawa saat mendukung TNI menghadapi gempuran berbagai kelompok separatis, merebut kembali Irian Barat dari cengkraman kolonialis Belanda dalam Operasi Mandala Trikora (1962-1963), dan konflik bersenjata melawan Malaysia dalam Operasi Dwikora ( sekitar 1963- 1964).

Rumah dinas rektor

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline