Lihat ke Halaman Asli

Ulfa Khairina

Freelancer

Tidak Semua Tahu Tsunami

Diperbarui: 1 Oktober 2015   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah mata pelajaran yang melibatkan keahlian komunikasi, tentu dilibatkan pula siswa untuk tampil berbicara. Metode-metode yang memberi stimulus bagi siswa untuk berani berkomunikasi dengan benar dilakukan oleh para dosen untuk mengajar mata kuliah asing di China. Itu juga yang dilakukan oleh dosen saya untuk melihat kemampuan dan perkembangan mahasiswanya. Kelas Saya contohnya. Penerapan grammar yang sulit dan pemakaian kalimat sehari-hari terkadang masih terbalik-balik.

[caption caption="(Sumber: www.junnilalita.files.wordpress.com)"][/caption]

Biasanya tugas yang diberikan berkisar dengan membaca teks dengan shengdiao (tingkatan nada) yang benar, serta perubahan nada bila bertemu dengan nada lainnya.

Setiap mahasiswa diwajibkan mengirim tugas tersebut menggunakan aplikasi weixin (wechat) melalui fitur voice note  kepada dosen.  Selain untuk memudahkan mahasiswa dan dosen, cara ini juga cara China mempromosikan aplikasi mereka untuk digunakan oleh orang asing. Mau tidak mau, negara pembuat aplikasi seperti Amerika, Jepang, Korea dan lain-lainnya juga terpaksa mengunduh aplikasi ini untuk kepentingan kuliah dan mengirim tugas, serta berkomunikasi di grup kelas.

Bulan terakhir kuliah digunakan untuk memperkenalkan kota masing-masing-masing-masing berdasarkan negara. Thema kota dipilih karena banyaknya mahasiswa yang berasal dari negara yang sama dalam satu kelas. Saya termasuk orang yang harus mempresentasikan lebih panjang, tentang Indonesia dan Aceh.

[caption caption="(Sumber: www.telegraph.co.uk)"]

[/caption]

Selama ini banyak mahasiswa yang mempresentasikan tentang Bali dan Jakarta. Karena kebanyakan mahasiswa yang kuliah di Beijing  berasal dari Jakarta. Kebanyakan dari mereka mengunjungi Bali sebagai destinasi wisata.

Dosen Saya berkata setengah memberi peringatan, “Kailina, wo bu yao Bali dao. Ni zhao biede difang a (Kailina, Saya tidak mau pulau Bali. Kamu cari tempat lain lah).”

“Saya akan ceritakan kota Saya, laoshi (guru, dosen, dan orang yang dihormati secara akademis). Bandayaqi (Banda Aceh)” jelas Saya.

Setelah pernyataan itu, maka sibuklah Saya menggumpulkan bahan untuk presentasi. Mulai dari gambar, menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, dari bahasa Inggris ke bahasa mandarin. Saya tidak tidur, sampai-sampai Saya membolos kelas sehari sampai berlatih bicara di depan cermin. Bahkan setiap pagi Saya berteriak-teriak di kamar mandi untuk membenarkan prononsasi dan nada. Tentu saja bukan hanya saya yang melakukan aktivitas ini teman-teman sekelas juga. Presentasi ini adalah penentuan untuk kelulusan mulai kuliah kouyu (percakapan).

Presentasi mencakup wilayah geografis, tempat wisata, kuliner, kelebihan dan kekurangan kota tempat kita berdomisili, hasil bumi sampai persepsi cewek cantik dan cowok ganteng di negara masing-masing-masing. Saya menjelaskan tempat-tempat terkenal berdasarkan pulau secara garis besar. Lalu memberikan durasi terbanyak pada Aceh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline