Lihat ke Halaman Asli

Makna Ulang Tahun

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah menjadi hal yang lazim, setiap orang menyukai perayaan ulang tahun. Selalu ada rona bahagia pada wajah yang berulang tahun atau wajah semringah karena diundang ulang tahun.Sudah menjadi tradisi pula, ulang tahun identik dengan pesta. karenanya kita bahagia sebab minimal dapat giliran ditraktik atau dengan suka rela mentraktir   karena  kita sedang bahagia.

Maka, sering menjadi sebuah kewajaran ketika seseorang mendapatkan yang diinginkannya di hari ulang tahunnya. Papa-mama, Opa-Oma, sanak saudara atau seseorang yang merasa sangat menyayangi, berlomba memberi kado terbaik. Demikian hal itu terjadi sebagai sebuah tindakan yang lumrah, bahkan dianggap tindakan terpuji.

Saking lumrahnya, maka dianggap kurang punya atensi atau bahkan etika, apabila ada seseorang yang disayangi, dihormati, atau dicintai sedang berulang tahun,  kita tidak memberikan ucapan selamat. dianggap benar, jika di antara kita ada rasa bersalah yang dierkspresikan dengan ungkapan penyesalan apabila terlambat menungkapkan selamat pada yang berulang tahun.

Di sisi lain, yang berulang tahun pun akan menganggap dirinya wajar  apabila agak sedikit kesal karena orang-orang diharapkan peduli, bahkan seharusnya  merayakan, ternyata tidak menunjukkan gejala sebagaimana yang diinginkan. Lalu, orang-orang di sekitar akan dicap “bersalah” karena dianggap tidak peduli, tidak sayang, atau tidak hormat lagi pada yang kini sedang berulang tahun.

Sudah pasti bukan karena kekhawatiran,  dianggap tidak hormat, atau alasan aneh lainnya ketika kami pada suatu hari merencanakan perayaan ulang tahun untuk orangtua kami tercinta, Prof. Dr. Arief Rachman. Atas nama kebahagiaandan rasa syukurlah, kami merencanakan sebuah kejutan untuk beliau dengan harapan beliau akan sangat berbahagia. Lalu, disusunlah sebuah rencana rahasia. Kami bersepakat, seolah-olah ada pihak lain yang meminta beliau hadir sebagai pembicara dalam sebuah acara, lalu di saat beliau memasuki ruangan itulah kami akan memberikan surprise-nya.

Tepat di waktu yang telah ditetapkan, kami semua menunggu dengan harap-harap cemas.  Pintu telah kami tutup rapat-rapat. Khalayak yang hadir telah kompak dalam satu scenario; apabila beliau membuka pintu ruangan, kala itulah kejutan akan segera kami suguhkan.

Entah kami yang tak sabar atau beliau yang kesulitan menemukan alamat yang kami sampaikan, yang ditunggu ternyata tak juga kunjung tiba. Dalam penantian, waktu terasa seperti melambat. Bisa jadi karena terlalu merindukan beliau agar cepat-cepat hadir, kami malah dihinggapi rasa gelisah. Terompet dan alat-alat music kejutan  yang sejak tadi sudah dicoba dibunyikan terasa menambah beban. Suara beberapa orang yang bertanya tentang kemungkinan kehadiran beliau, malah semakin menambah rasa tidak karuan. Pintu yang berkali-kali dibuka dan yang membuka bukanlah orang yang diharapkan menjadi bagian yang menambah debar jantung.

Lalu, tibalah detik-detik yang kami harapkan. Dari sumber yang terpercaya, kami diinformasikan bahwa beliau sudah di depan pintu. Semua bersiap. Dan ketika pintu terbuka, serta merta semua menunjukkan ekspresinya.

Pak Arief Nampak sedikit terkejut. Tapi kemudian ia tersenyum. Ia memang menunjukkan kebahagiaan dengan memberi senyuman kepada semua orang yang mengucapkan kata selamat. Kami semua heboh . Kami berusaha membahagiakan beliau. Dengan lagu, tayangan photo-photo kenangan, dan beragam cerita ingin kami tunjukkan bahwa kami bahagia di hari jadinya beliau. Tapi, beliau menanggapinya seperti biasa saja. Nampak bahagia memang. Tapi tidak sebagaimana yang kami harapkan. Seperti ada yang sedang beliau pikirkan. Di saat sambutan, sedikit keganjilan itu akhirnya terungkap.

“Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah berusaha membuat saya bahagia. Semua kejutan ini sungguh luar biasa dan menyebabkan saya sangat berarti berada di tengah-tengah Anda semuanya. “ begitu beliau mengawali sambutan.

“Namun sebagaimana anda semua ketahui. Saya memang tidak memiliki tradisi pesta ulang tahun. Terima kasih pada kesempatan ini telah membuat saya merasa sangat berarti. Hanya masalahnya, di saat saya bertambah usia seperti sekarang ini, saya sudah terbiasa mengingat orang yang paling berarti bagi hidup saya, yakni  ibu tercinta. Kala beliau masih hidup, setiap saya berulang tahun, setiap itu pula saya memberikan kado untuk ibu saya. Saya berada dalam pelukan beliau, meminta maaf, dan mohon ridhonya. Saya merasa bertapa berartinya beliau karena telah melahirkan saya. Jadi, saya berusaha membahagiakan orang yang sangat berjasa itu dalam kehidupan saya.

‘Setelah beliau wafat pun saya senantiasa menjaga tradisi itu. Maka, jika saya berulang tahun, saya utamakan datang ke makam beliau. Saya berdoa sebagai ucapan terima kasih karena telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik saya sejak kecil. Hingga saya bisa seperti ini.

”Saya tahu betapa besarnya pengorbanan di kala itu. Bisa saja, beliau meninggal dunia karena beratnya penderitaan ketika harus melahirkan saya. Atas kasih sayangnya pula saya sehat dan bisa bertambah usia dari satu ulang tahun ke ulang tahun berikutnya. Jadi, setiap saya berulang tahun saya selalu ingat Ibu yang telah melahirkan dan mendidik saya sejak kecil. setiap datang waktu ulang tahun juga saya lebih berhasrata ingin membahagiakan Ibu daripada diri saya sendiri.  ”

Kami yang mendengarkan sambutan beliau tak tahan membendung air mata. Kami jadi ingat Ibu kami semua. Kami juga malu karena kurang memulyakan Ibu kami sebagaimana pak Arief memulyakan ibunya.

Orang-orang besar seperti beliau ternyata mempunyai kebiasaan yang tak lazim orang kebanyakan lakukan. Kebiasaan yang lebih bermakna buat diri karena mampu memberi makna pada seseorang yang sejati untuk senantiasa disayangi. Pada seseorang yang telah memberi kita makna di hari jadi kita. Seseorang yang seharusnya diagungkan dan dibahagiakan di hari ulang tahun kita. Ibu.

Terima kasih Pak Arief. Bapak telah mengingatkan kami semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline