Lihat ke Halaman Asli

Tanggung Jawab Pendidikan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah kadung, layanan pendidikan selalu diterjemahkan sebatas pengembangan potensi intelektual. Jadilah, pendidikan hanya sebatas pengajaran. Layanan pendidikan hanya membicarakan pencapaian skor sebagai keberhasilan belajar. Aktualisasi diri peserta didik diekspresikan dalam peringkat, dan ujungnya, hasil belajar selama tiga tahun dimaknai dengan pencapaian NEM.

Padahal masih banyak yang harus dikembangkan dari seorang peserta didik. Sekurang-kurang, ada lima potensi yang harus dikembangkan dari seorang anak, yakni: potensi spiritual, potensi emosional, potensi sosial, potensi pengembangan jasmani, dan intelektual.

Potensi spiritual merupakan potensi fitrah kemanusiaan yang telah ditetapkan kepada setiap makhluk ciptaan Tuhan yang Maha kuasa. Potensi spiritual dikembangkan agar peserta didik menjadi manusia yang sangat tergantung kepada penciptanya. Manusia yang senantiasa merasa dekat dengan Tuhan dan merasa mencitai dan dicintai Tuhannya. Manusia yang berpikir, berkomunikasi, dan bertindak demi sebesar-besarnya meraih keridhaan Allah SWT. Ekspresi terbesar dari keberhasilan pengembangan potensi spiritual ini adalah tumbuhnya peserta didik yang tunduk dan patuh kepada Tuhannya, sayang kepada sesamanya, dan arif menjaga lingkungannya.

Potensi emosional merupakan bagian pengembangan potensi kemanusiaan yang tidak kalah pentingnya. Pribadi-pribadi penyabar, santun, gigih, penyayang, periang merupakan sebuah pencapaian pribadi utuh dari pengembangan potensi emosional peserta didik. Pengembangan potensi ini merupakan dasar dari keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Target dari layanan ini adalah tumbuhnya pribadi-pribadi yang siap gagal di balik kesungguhan dalam meraih yang dicita-citakan. Pribadi-pribadi yang tahan terhadap beragam tempaan kehidupan. Pribadi-pribadi yang matang bukan karena kemudahan fasilitas, tetapi kaya akan pengalaman dan pengamalan sisi-sisi kemanusiaan.

Potensi sosial merupakan bagian pelengkap menuju kemudahan bersikap dan berperilaku sebagai manusia yang berkepribadian utuh. Kesadaran berketuhanan menjadi lengkap adanya apabila setiap pribadi mampu bergaul dan bekerjasama antara satu dengan lainnya sebagai sesama ciptaan Tuhan di masyarakat. Pribadi-pribadi yang menyenangkan dan pandai memberi pengaruh positif pada lingkungannya merupakan contoh keberhasilan dari pengembangan potensi sosial peserta didik. Pribadi-pribadi cerdas sosial adalah pribadi-pribadi yang diterima di berbagai lapisan masyarakat dan mempergunakan pengaruhnya demi kemaslahatan bersama.

Potensi pengelolaan jasmani adalah bagian lain yang menyebabkan kokohnya saluran pencapaian tiga potensi penting manusia, yakni potensi spiritual, potensi emosional, dan sosial. Manusia yang terbina potensi spiritual, emosional, dan sosialnya kurang bermakna bagi masyarakat apabila tubuhnya ringkih akibat berpenyakit. Keberhasilan seseorang yang terbina secara jasmani akan menyebabkan optimalnya segala kiprahnya di masyarakat karena di tubuhnya yang sehat teraktualisasikan jiwanya yang kuat karena keseimbangan kecerdasan spiritual, emosional, dan sosialnya. Tertanganinya potensi pengelolaan jasmani menjadi jalan bagi penyiapan generasi yang kuat karena sumber daya manusia yang sehat.

Potensi intelektual merupakan potensi penyokong terakhir keberhasilan pencapaian karier seseorang. Pengembangan potensi intelektual dimaksudkan bagi tujuan tumbuhnya manusia yang memberi peran bagi manusia-manusia yang cerdas akalnya, sehingga mampu mengelola alam semesta demi sebesar-besarnya pencapaian kemanusia yang berketuhanan. Peserta didik yang terbina potensi kecerdasan intelektualnya akan tumbuh menjadi manusia yang ahli di bidangnya untuk berkembang dan mengembangkan diri dan masyarakatnya ke arah penghidupan dan kehidupan yang lebih berbudaya.

Lima Pembinaan pembinaan potensi peserta didik ini hendaknya komprehensif dan dilakukan simultan, sehingga tercipta pribadi peserta didik yang bertakwa, berkepribadian utuh, mandiri, dan berintelektual tinggi. Supremasi parsial seperti pembinaan yang hanya semata-mata layanan kecerdasan intelektual, telah menumbuhkan pribadi yang sehat akalnya, tetapi lemah iman dan rendah kepekaan perasaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline