Lihat ke Halaman Asli

5 Alasan Mengapa Kita Sebaiknya Menulis

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Sebaiknya, setiap orang punya alasan mengapa melakukan sesuatu. Alasan memberi dasar pijak. Alasan juga mengikat motivasi. Yang lebih penting, alasan memberi arah capaian akan target yang hendak diperoleh.

Terkait dengan menulis, setiap orang punya alasan. Dengan maksud memperkaya hasrat menulis, di bawah ini disampaikan alasan mengapa setiap orang mengambil kesempatan untuk berproses menulis.

1. Menulis memaksa seseorang mengikat makna.

Sudah menjadi rahasia umum. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Pribadi penulis mengharuskan membaca. Dari membacalah setiap orang mampu menghadirkan tulisan.

Membaca buku atau membaca alam semesta mempersyaratkan kemampuan menangkap makna inti sari dari yang dibaca. Ratusan, bahkan ribuan halaman, atau hamparan luas alam semesta menghendaki kemampuan menangkap inti dari amanat penciptanya. Maka menulis, memaksa setiap diri menangkap tanda-tanda itu, kemudian menjadikannya tanda-tanda itu sebagai isyarat yang bertautan, sehingga pada akhirnya tersajikan dalam isyarat baru yang orisinal dan memperkaya makna sebelumnya.

2. Menulis melatihkan untuk mengkristalisasi pemahaman personal.

Setiap orang sudah dapat dipastikan memiliki modal pengalaman terkait peristiwa sebaru apa pun. Artinya, bisa jadi setiap peristiwa yang ditemukan manusia, pada dasarnya manusia tersebut memiliki pengetahuan serba sedikit tentang itu.

Menulis adalah proses menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam pikiran kita sebelumnya. Dengan menulis, kita berupaya menggabungkan pengalaman itu. Uniknya, pengalaman itu bukan saja tersaji lebih kaya karena adanya tambahan pengetahuan yang baru, tetapi tampil lebih unik atau khas sebagai ekspresi pribadi sebagai manusia. Bedakan dengan seseorang yang tak pernah menulis. Riak atau lompatan pengalaman itu tak pernah bisa terdeteksi karena hanya menjadi tumpukan informasi yang tak berwujud ide atau bahkan paradigma.

3. Menulis menghilangkan kepikunan

Setiap manusia diberikan modal 400 juta s.d. satu miliar dendrit dalam otaknya oleh yang Mahakuasa. Sayangnya, banyak peristiwa yang dialami manusia yang tidak berhasil menjaga atau menjadikan sejumlah dendrit itu bermakna bagi kehidupan. Yang lebih banyak terjadi, sejumlah dendrit itu berkurang dari hari ke hari karena kurang dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Menulis menjadikan dendrit-dendrit tersebut bertautan satu sama lain. Pertautan itu (synap) bisa memperkaya kuantitas serta bisa juga kualitas. Yang jelas, peristiwa synap menjadikan kualitas otak manusia menjadi sangat luar biasa karena peristiwa itu pada akhirnya senantiasa berujung pada kreativitas.

Menulis merupakan salah satu perlakuan terbaik bagi otak manusia untuk lebih berkualitas. Dengan menulis, kita berupaya mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya untuk menafsirkan atau memaknai peristiwa yang terjadi kini. Dengan menulis pula kita mengaitkan ide yang satu dengan ide lainnya demi menghadirkan ide baru yang orisinal demi memberi jawaban atau permasalahan yang ada. Tak diragukan, proses tersebut menyebabkan kualitas otak manusia dari hari ke hari lebih berkualitas meski usia makin hari makin lanjut.

4. Menulis mewariskan budaya.

Sudah sifat dunia apabila yang menggejala adalah fana. Semuanya tak ada yang abadi. Semua yang disayangi turut terkubur, bersama pemiliknya.

Menulis, setidaknya membuat sebagian yang fana bertahan kelanggengannya. Dengan tulisan, beragam maknayang pernah ada berkesempatan dipahami dan dimaknai oleh generasi berikutnya. Dari tulisanlah setiap generasi akan belajar tentang nenek moyang mereka dan memaknai kehadiran mereka. Artinya, menulis memberi kesempatan kepada kita untuk dinilai bagi anak cucu tentang seberapa besar kita bermakna bagi mereka.

5. Menulis adalah ekspresi pribadi

Kita adalah diri kita sendiri. sehebat apa pun orang lain, tak sudi kita menjadikan orang lain itu diri kita. Kita, tumbuh, berkembang, dan akhirnya sampai pada pencarian adalah “menjadi” diri kita sendiri. oleh karenanya, setiap diri dipahami apabila disibukkan oleh pencarian eksistensi diri masing-masing.

Menulis memberi kesempatan pemenuhan kebutuhan akan hal di atas. Menulis memberi ruang pribadi karena sebuah tulisan seseorang adalah ekspresi pribadi seseorang. Pada proses menulislah seseorang merasa dirinya merdeka mengungkap pikiran yang runtut dan menyalurkan imajinasinya yang orisinal. Setiap penulis berhak menjadi dirinya yang unik dan khas karena setiap manusia pada dasarnya unik dan khas. Menulis memberi berkah pada dirinya untuk mendefinisikan dan mendeklarasikan dirinya melalui karya-karyanya.

Demikianlah menulis memberi kesempatan pada manusia untuk memaknai alam dan memaknai dirinya melalui tulisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline