Lihat ke Halaman Asli

Sikap Spiral Terbuka dan Sikap Spiral Tertutup

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa yang kita lakukan, selalu ada dampaknya bagi kita. Dalam proses selanjutnya, dampak  itu bisa dirasakan langsung, maupun tidak langsung. Yang perlu diperhatikan oleh kita semua ternyata dampak itu bukan saja berhenti pada pembentukan sikap, tetapi juga mampu mengarahkan seseorang  pada perilaku yang diharapkan atau justru dikhawatirkan.

Dalam konteks tersebut, betapa pentingnya peran pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk mampu mengoptimalkan potensi dirinya menjadi kompetensi yang bermakna bagi dirinya,  bahkan lingkungannya. Istilah itu, menurut Prof. Arief Rachman dimaknai sebagai sikap SPIRAL TERBUKA. Sikap ini dimulai dari pengetahuan, pemahaman, dan aktualisasi kompetensi dirinya yang diarahkan untuk sebesar-besarnya bagi kemaslahatan lingkungan.

“Dasar keimanan seseorang mendorong  dirinya untuk shalat subuh berjamaah.  Ketika ia berangkat menuju masjid, ia berkesempatan melihat beragam keadaan lingkungan yang mendorong dirinya peduli untuk urun rembuk memikirkan, bahkan melakukan beragam perubahan demi terwujudnya beragam perbaikan.  Dasar keimanan, akal, dan perasaannya menyebabkan dirinya peduli dan berbhakti  untuk lingkungannya. “ Demikian Pak Arief memberi  keterangan.

“Yang harus dikhawatirkan jangan sampai pendidikan menyebabkan seseorang mengambil sikap SPIRAL TERTUTUP.  Seseorang yang berkesempatan menimba jenjang pendidikan yang lebih tinggi seharusnya menyebabkan dirinya lebih kuat imannya, pintar akalnya, dan peka perasaannya. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya, justru pendidikan malah membuat dirinya bersikap egosentris. Apa yang dilakukan selalu diorientasikan untuk kepentingan dirinya.  Pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang luas mengenyam pendidikan  malah membuat dirinya cenderung berpikir, bersikap, dan bertindak untuk sebesar-besarnya kepentingan dirinya.”

Menyimak nasihat Pak Arief Rachman, bagi penyelenggara pendidikan yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana menumbuhkan kecenderungan sikap SPIRAL TERBUKA dan mengikis kemungkinan terjadinya sikap-sikap SPIRAL TERTUTUP.  Kesempatan menimba pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang lebih –baik secara formal maupun tidak formal- seharusnya berbanding lurus dengan tumbuhnya sikap spiral terbuka. Sebab, ditinjau dari proses maupun hasilnya, pendidikan seharusnya mengundang setiap orang untuk lebih bermakna bagi dirinya dan masyarakat pendidikan pada umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline