Teori Kecerdasan Emosional Gollman pertama kali dikembangkan pada tahun 1995 ketika ia menerbitkan sebuah buku berdasarkan penelitiannya. Konsep kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) membantu individu untuk mengarahkan pemikiran dan tindakan mereka. Ia mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain untuk motivasi dan pengelolaan emosi bagi diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain.
Teori ini berlaku untuk banyak bidang kehidupan yang berbeda termasuk lingkungan pendidikan, untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Konsep kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh John Mayer dan Peter Saloven pada tahun 1997, kemudian psikolog lain, Daniel Gollman (seorang psikolog dan jurnalis sains ternama), mengajukan teorinya. Konsepnya berasal dari pengalaman dan penelitiannya yang berfokus pada perilaku, emosi, dan otak seorang individu. Ia juga menerbitkan buku tentang kecerdasan emosional pada tahun 1995. Buku tersebut diberi judul "Kecerdasan Emosional dan Mengapa hal itu lebih penting daripada IQ" Gagasan tentang kecerdasan emosional dianggap lebih serius secara global setelah buku tersebut diterbitkan, dan berbagai masyarakat menerapkannya dalam budaya mereka. Lalu muncul komponen EI yang dikemukakan oleh gollman. Komponen-komponen Emotional Intelligence (EI) yang dibentuknya dijelaskan lebih lanjut oleh Kendra Cherry dalam sebuah artikel tahun 2018 berjudul "Bagaimana Psikolog Mengevaluasi Kecerdasan." Menurut Cherry, ada beberapa komponen-komponen yang penting bagi individu untuk memahami emosi.
Komponen Kunci Goleman
A. Kesadaran Diri
Menurut John Mayer , kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui suasana hati mereka sendiri pada saat itu dan alasannya. Kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk memahami kekuatan dan kelemahannya serta memproses pengaruh suasana hati, emosi, dan dorongan pada orang lain.
Kesadaran Diri bergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi dan memantau emosi seseorang/orang lain dengan tepat. Emosi terus berkembang dan dapat dikomunikasikan baik secara verbal maupun non-verbal. Tanpa kesadaran diri, seseorang tidak dapat menilai keadaan emosi secara objektif karena perlu mengetahui alasan di balik setiap keadaan emosi. Individu yang memiliki kesadaran diri menunjukkan kepercayaan diri, terutama ketika mereka menilai kinerja mereka dengan pendapat rekan-rekannya.
B. Motivasi
Motivasi adalah gairah batin yang mendorong aktivitas luar. Ia mempertimbangkan manfaat terlibat aktivitas dalam jangka panjang, bukan keuntungan langsung. Semakin kuat motivasi, semakin besar pula kecenderungan untuk fokus pada tujuan yang ditetapkan oleh individu tersebut. Individu yang termotivasi memiliki dorongan kuat untuk mencapai lebih banyak, dan mereka juga menunjukkan optimisme bahkan jika mereka menghadapi tantangan yang tidak terduga.
C. Empati
Empati merujuk pada kemampuan individu untuk menanggapi orang lain berdasarkan susunan emosi atau reaksi mereka. Ini menunjukkan kepedulian terhadap orang lain saat mereka memiliki pengalaman negatif. Hal ini memerlukan kepekaan terhadap perasaan orang lain, dan besar kemungkinan mereka untuk berbagi apa yang mereka rasakan dan memahami orang lain berdasarkan perspektif mereka sendiri. Komponen ini meningkatkan perasaan seperti kepekaan lintas budaya, pengembangan dan retensi bakat terhadap seseorang.
D. Keterampilan Sosial