Lihat ke Halaman Asli

Hanya Kata(ku) Saja

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemuruh angin memainkan dendang syahdu dipendengaran para pecandu malam

Memenangkan aura kelam tanpa pelita pun bias cahaya bulan

Bintang-bintang enggan menyapa hati yang terjeruji para pendusta

Yang merajam cinta kerana ketidakpuasan rasa

.

Aaaaa…

Ingin kuluapkan segala emosi jiwa yang telah lama menyiksa batinku dalam keterpurukan

Agar mataku tak lagi jadi beban yang menumpahkan air mata

Dan air mata bukan lagi untuk mereka yang bermainmain di atas penderitaan karena cinta…

.

Seperti gemerisik dahan tersapu angin malam kian memekakkan telinga

Memendarkan cahaya bulan diantara keremangan dunia; di bawah langit yang berwajah masam

Kusam… pekat… gelap…

Disana terselubung untaian kata-kata yang siap mencaci-maki si pembangkang dusta

.

Aaaaa…

Inginku…

Tumpahkan hasrat yang terbelenggu meski dalam kesenjangan waktuNya; Dia yang empunya segalanya

Yang memberiku rasa yang jua mereka rasa: layaknya cinta yang tertulis rapi pada sajaksajak rindu si tuan

Mengapa rindu semakin melimpah ruah

Sedangkan yang merindu tak kunjung datang...

.

Aaaaa...

Aku dan kataku masih ingin berceritra banyak tentang rindurindu yang terpatri dalam dada

Sebab aku bukan si muna karena takut atau malu pun ragu yang membekukan kakiku seketika waktu

Aku hanya merasa aku adalah kata yang ambigu untuk mereka jamah dan baca sekalipun

Aku adalah kata yang tertulis meski tak mereka gubris dengan senyum  merekah di bibirnya

Aku adalah kata yang terbang bersama angin ketempat tanpa ruang di ujung semesta

Aku…

Kataku…

Ada karena Tuhanku...

.

Aaaaa...

Aku dan kataku masih ingin berceritra banyak tentang rindurindu yang terpatri dalam dada

Sebab aku bukan si muna karena takut atau malu pun ragu yang membekukan kakiku seketika waktu

Aku hanya merasa aku adalah kata yang ambigu untuk mereka jamah dan baca sekalipun

Aku adalah kata yang tertulis meski tak mereka gubris dengan senyum  merekah di bibirnya

Aku adalah kata yang terbang bersama angin ketempat tanpa ruang di ujung semesta

Aku…

.

.

.

........




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline