Lihat ke Halaman Asli

“Critical Of Thinking, Creative and Problem Solver for Child”

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berbicara mengenai berfikir kritis pada anak, secara alami sebenarnya anak sudah dapat berfikir kritis sejak tahun pertama kelahirannya. Anak yang berumur satu tahun biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia akan menanyakan setiap hal yang ia lihat dan ia jumpai. Jika ada anak yang berperilaku seperti itu jangan kita melarangnya, tetapi justru kita harus berfikir dan bertindak bagaimana agar anak dapat mengembangkan rasa keingintahuannya menjadi berfikir kritis.

Berfikir kritis bukan berarti berfikir secepatnya, akan tetapi bagaimana dia mengolah informasi, tanggap terhadap permasalahan yang timbul di sekitarnya dan dapat menyelesaikannya sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mengembangkan berfikir kritis pada anak dilakukan melalui pendidikan sejak dini. Karena dalam pendidikan terdapat sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap kritis pada anak yaitu pembelajaran. Yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan anak yaitu kita tidak boleh mengekang dan membatasi berfikir anak, tetapi kita membebaskan anak dalam berfikir dan berpendapat dengan caranya sendiri.

Selain menjadikan anak untuk bisa berfikir kritis, menjadikan anak kreatif juga perlu. Anak kreatif dapat berfikir maju dan berbeda dengan yang lain. Ciri-ciri anak kreatif yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif, mempunyai minat yang luas, bebas dalam berfikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru, percaya pada diri sendiri, penuh semangat, berani mengambil resiko dan berani berpendapat serta mempertahankan keyakinannya.

Ada beberapa hal yang dapat menjadikan anak kreatif. Antara lain memilih pola asuh yang tepat, maksudnya memberikan ruang bagi anak untuk mencoba dan berkreasi sendiri sesuai dengan kemampuannya. Orang tua atau guru cukup mengawasi dan membimbing. Yang berikutnya menghargai karya anak melalui pujian maupun pemberian hadiah. Dengan penghargaan ini, anak akan terdorong untuk meningkatkan kreativitasnya dan akan lebih menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi. Selanjutnya yaitu orang tua atau guru memberikan tantangan kepada anak dan jangan memanjakannya. Di sini anak diberi masalah atau tantangan berupa permainan, tugas atau teka-teki, kemudian anak diminta untuk menyelesaikannya. Pemberian tantangan ini dimaksudkan agar anak dapat membangun kreatifitasnya. Terakhir yaitu komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi yang baik dapat dilihat dari seberapa beraninya anak menanyakan sesuatu yang belum ia ketahui kepada orang tua maupun gurunya. Selain itu juga dapat dilihat dari bagaimana orang tua atau guru mendampingi anak yang sedang bermain.

Yang terakhir yaitu menjadikan anak sebagai problem solver. Anak diajarkan untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara logis dan rasional. Problem solver diartikan sebagai pendekatan yang dilakukan agar anak terbiasa berfikir aktif, kritis dan kreatif. Dengan berfikir kritis dan kreatif akan membantu menyelesaikan masalah dengan cepat, tepat dan rasional yang melibatkan aktifitas mental dan intelektual.

Nah, dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjadikan anak berfikir kritis dapat melalui pendidikan dan pembelajaran yang mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Kemudian untuk menjadikan anak kreatif yaitu dengan mengajak anak untuk membiasakan berfikir dan memecahkan masalah, bukan untuk dimanjakan sehingga anak akan berusaha untuk memperoleh apa yang diinginkan dengan caranya sendiri. Anak yang kreatif berawal dari pemikiran-pemikiran yang kreatif dan untuk menghasilkan produk yang kreatif diperlukan adanya pemikiran-pemikiran yang kreatif pula. Problem solver merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan dengan memberikan masalah kepada anak untuk dapat diselesaiakn secara logis dan rasional yang melibatkan proses mental dan intelektual sehingga masalah dapat diselesaikan secara tepat dan cermat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline