Cepatlah pergi haji selagi muda, jangan tunggu keburu tua, nanti menyesal!
Nasihat itu diucapkan ayah saya sesaat kepulangannya dari beribadah haji tahun ini. Nasihat yang akhirnya membuat saya mendefinisikan ulang niat pergi beribadah haji. Iya, saya ini tipe orang yang sadar bahwa pergi haji adalah salah satu rukum Islam yang wajib dijalankan,... sayangnya saya termasuk mereka yang berlindung pada dogma 'hanya bagi yang mampu'. Niatnya belum tulus.
Tapi begitulah, katanya hidayah itu datangnya tak terduga. Ia bisa datang kapan saja, pada siapa saja dan jalannya bagaimana saja. Obrolan kecil diperjalanan saat saya menjemput kepulangan kedua orang tua dari tanah suci Mekah pada akhirnya membuka mata hati ini tentang pentingnya menyegerakan berhaji.
Ayah saya berusia 70 tahun saat ini, dan ibu saya 65 tahun. Usia yang terbilang sepuh untuk menjalankan ritual ibadah yang menuntut fisik yang prima. Alhamdulillah mereka bisa kembali dengan sehat walafiat saat kembali. Saya percaya, Allah akan memampukan mereka yang dipanggil memenuhi undangannya ke Baitullah.
Lewat ceritanya yang super seru, ayah secara tersurat berkali-kali mengungkapkan penyesalannya mengapa baru sekarang bisa ke sana. Secara tak langsung ia berkata andai saja fisiknya masih bugar, ia bakalan bisa mengoptimalkan ibadah hajinya dengan lebih baik. Katanya, ada banyak tantangan buat melaksanakan ibadah haji, entah itu cuaca ekstrim, keharusan menjaga ibu diantara lautan Jemaah yang secara fisik jauh lebih besar dari kita, maupun kendala teknis yang terasa susah buat dijalani orang tua.
Katanya, andai ia masih muda, bukan hanya ritual wajib saja, bahkan ibadah sunnah pun bakalan lebih pool dikerjakan disana. Ceritanya berakhir pada nasihat seperti saya tulis diatas, yang kemudian diakhiri dengan pertanyaan, "Udah punya tabungan haji belum?"
Saya hanya menjawab pelan, ... "belum."
Pikiran saya kemudian menerawang jauh. Indonesia mendapat kuota haji yang besar dari pemerintah Arab Saudi, tapi peminatnya jelas berkali lipat dari kuota yang disediakan sehingga konsekuensinya membuat Jemaah harus antre lama. Untuk bisa pergi haji, orang Indonesia harus menunggu 11 hingga 29 tahun, tergantung domisili dimana kita tinggal. Saya yang orang Jawa Barat, rata-rata harus menunggu sampai 14 tahun.
Haa? 14 tahun? Dan itu dihitung sejak kita sudah menyetor Setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadan Haji (BPIH) sejumlah 25 juta rupiah. Katanya bisa sih lebih cepat pake jalur haji ONH Plus, tapi jelas biayanya berlipat-lipat dari biaya normal.
Saya coba berhitung, usia saya 37 tahun. Kalau tahun ini langsung melunasi BPIH, saya akan dapat kesempatan pergi haji di usia 51 tahun. Usia yang tak bisa dibilang muda lagi. Tapi ini lebih mendingan dibanding kedua orang tua saya,...
Ah, saya telat menyadari pentingnya mempersiapkan ibadah haji ini. Selama ini saya menganggap sepele urusan ini. Saya lebih terbuai dengan urusan duniawi saja, tanpa berhitung untuk menyempurnakan ibadah saya. Tapi, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?