Lihat ke Halaman Asli

Ofi Sofyan Gumelar

TERVERIFIKASI

ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Merancang Masa Depan Cerah Si Buah Hati

Diperbarui: 19 Juni 2016   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan Brosur Universitas Top 100 Dunia (Sumber: dokpri)

Planning is bridging the future into the present, so that you can do something about it now – Alan Lakein

Setiap kali datang ke pameran pendidikan universitas luar negeri, saya terhitung rajin mengumpulkan brosur dari setiap universitas. Dengan teliti saya memilah-milah untuk kemudian menyimpan brosur dari universitas yang masuk top 100 dunia. Ini saya lakukan untuk merawat mimpi. Bukan hanya mimpi bagi saya untuk melanjutkan studi, tapi juga mimpi memberikan pendidikan terbaik kelas dunia untuk anak saya.

Brosur ini senantiasa saya sodorkan ketika anak saya sedang asyik membaca atau bermain di kamarnya. Saya ingin menancapkan ke alam bawah sadarnya tentnag tempat-tempat kuliah terbaik di dunia. Yaa, mudah-mudahan saja ini bisa memotivasi dirinya untuk bisa mewujudkan apa yang dimau bapaknya. Sementara bagi saya, brosur ini menjadi alat untuk merawat mimpi saya tersebut agar tidak melenceng di perjalanan waktu. Brosur ini menjadi pengingat supaya saya serius menyiapkan sedari dini.

Untuk merawat mimpi tersebut, saya juga sering membawa anak untuk jalan-jalan ke kampus-kampus yang menurut saya terbaik. Kebetulan, di Bandung ada 3 kampus negeri yang masuk ukuran terbaik, diaman dua diantaranya saya belajar di sana. Saya ajak keliling sambil cerita ayahnya dulu pernah kuliah disini, saya tunjukan gedung-gedung perkuliahan dan jurusan apa saja yang ada disana. Meskipun saya sadar, dia mungkin tak bakal mengerti, tapi saya ingin memberi asupan memori tentang kampus terbaik baginya.

Mengajak Anak Jalan-Jalan Ke Kampus Terbaik (Sumber: dokpri)

Iya, sebagai seorang ayah, saya ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak semata wayang saya, Heidi. Bagi saya, pendidikan adalah modal terbaik yang harus diberikan orang tua bagi anaknya. Saya tak mau tanggung-tanggung bagi anak saya. Lagian soal mimpi, banyak motivator yang menyarankan agar jangan setengah-setengah. Mimpilah setinggi langit, agar ketika kau jatuh kau akan jatuh di gugusan bintang-bintang. Cakep!

Awalnya saya tak begitu ngeh soal persiapan dana bagi mimpi tersebut. Sebagai urangsunda, saya termasuk penganut paham kumaha engke (gimana nanti). Dengan lugunya, saya sering menyerahkan segala sesuatu pada takdir pada waktunya. Namun untuk urusan keuangan, rasanya prinsip tersebut keliru untuk diterapkan.

 Masa-masa awal pernikahan hingga lahir anak pun kami lewati tanpa perencanaan keuangan yang baik. Tabungan ada, tapi tak terencana, sekedar menyimpan uang sisa gaji saja.

Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan menyeruak dua tahun lalu saat anak saya harus masuk sekolah dasar. Kami tentu saja memilih sekolah yang terbaik di kota kami. Siapa sangka, biaya pendaftarannya ternyata diluar perkiraan kami. Sedikit kelimpungan, tabungan kami sampai terkuras habis ditambah nodong pinjaman sama keluarga terdekat. Duh, Kapok deh!

Ingatan saya melayang ke masa lalu. Dahulu sewaktu masih kecil, saya yakin kedua orang tua saya tak begitu memperhatikan pentingnya perencanaan keuangan keluarga. Saya ingat, saat berjuang mencari universitas untuk kuliah selepas lulus SMA, ibu saya mewanti-wanti sebisa mungkin agar bisa lulus di universitas negeri. Selain memang kualitasnya dianggap lebih baik, saya tahu ada alasan lain dibalik itu. Sepintas, ibu sempat mengatakan bahwa biaya kuliah di universitas negeri lebih terjangkau dibanding jika saya kuliah di universitas swasta. Dari sini tersirat, ada kemungkinan mereka bakal kewalahan kalau harus membiayai kuliah di perguruan tinggi swasta. Alhamdulillah, saya bisa mewujudkan permintaannya, saya diterima di salah satu universitas negeri di kota Bandung.

Pengalaman saat akan masuk kuliah serta surprise saat akan mendaftarkan anak ke sekolah dasar mengusik pikiran ini. prinsip kumaha engke sudah tak relevan lagi. Saya harus berubah, mulai menata perencanaan keuangan dengan lebih baik.

Demi mencari tahu bagaimana perencanaan keuangan yang baik, saya kemudian mulai mencari informasi mengenai hal tersebut. Terus terang saya masih kebingungan harus memilih instrumen perencanaan keuangan mana yang terbaik. Apakah saya harus memilih tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan?  kemudian apa pula itu istilah unit link. Berapa dana yang harus saya persiapkan tiap bulannya untuk kebutuhan masa depan anak saya tersebut? Saya benar-benar buta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline