Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Dualisme, Mengapa Realitas Dikonstruks Dualistik?

Diperbarui: 29 Februari 2024   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images: Pabelan Online

DUALISME SEBAGAI KONSTRUKSI SEKALIGUS ALAT BEDAH REALITAS

1.AYAT DUALISME

Tentang realitas ciptaan yang didesain berpasangan ada dalam Al qur an surat yaasin ayat 36.Ayat ini sekaligus bisa disebut penegasan perihal prinsip dualisme sebagai konstruksi realitas atau dualisme sebagai konsep Ilahiah yang mengkonstruks realitas ciptaan Tuhan

Mengapa ciptaan Tuhan benang merahnya dikonstruks dualistik atau berpasangan ?

Tiada lain agar bisa dipikirkan, dianalisa atau direkonstruksi oleh akal pikiran manusia secara sistematis.Karena akal pikiran yang melekat pada diri manusia itu seperti sudah didesain diciptakan sebagai alat baca prinsip dualisme-hal yang memiliki konstruksi dualistik

Akal bisa berjalan memikirkan sesuatu bila sesuatu itu masih memiliki konstruksi dualistik,bisa di analisis sebab akibatnya-bisa di pilah benar salahnya.Sebaliknya akal buntu-tak bisa jalan memikirkan sesuatu bila sesuatu itu bersifat ganjil-tidak jelas-tak bisa dianalisa sebab akibatnya dan tak bisa di rekonstruksi benar-salahnya

Karena cara berpikir akal itu karakternya sistematik,tertata,terstruktur dan bisa memahami segala suatu secara dualistik atau membuat rumusan yang berpola dualistik semisal : ini benar-ini salah,ini baik-ini buruk,ini menguntungkan-ini merugikan,ini positive-ini negative dlsb pola pola yang bersifat dualistik

Maka manusia yang akalnya sudah rusak adalah yang pikirannya sudah sulit memahami dan sudah tak peduli pada pola dualistik yang bersifat hitam putih seperti benar-salah,baik-buruk,adil-tak adil. Ia misal lebih menyukai hal- pemikiran absurd,relatif,spekulatif,tak jelas hitam putihnya atau benar-salahnya atau menganut skeptisisme (menganggap kebenaran hakiki tidak ada),atau menganut empirisme radikal (yang benar adalah hanya yang dialami secara indera)

Selama kita masih selalu menyukai mencari mana benar mana salah, mana baik-mana buruk (baik persoalan fisika maupun metafisika,lahir maupun batin)- tidak telan mentah-tidak main kultus-tidak asal perasaan nafsu suka,maka artinya akal kita masih berpotensi sehat

Itulah sarat untuk memahami adanya hal yang didesain berpasangan adalah memiliki akal sehat dulu ditambah hati yang punya rasa cinta mencari kebenaran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline