Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Kritik God Delusion Part I

Diperbarui: 3 November 2020   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Facebook/hopefulagnostic

Dalam halaman pertama 'God delusion' Dawkins menulis 'anda bisa menjadi seorang bahagia,waras,bermoral dan puas secara intelektual dengan menjadi atheist'

Kalimat tersebut didahului oleh narasi nya tentang kemungkinan ada orang yang merasa tidak bahagia atau terkekang dalam sebuah lembaga agama sehingga terus mempertanyakannya dan memberontak menjadi sebuah pilihan logis baginya.

Ia pun menawarkan gagasan dalam bukunya tersebut sebagai pilihan bagi orang orang yang memiliki keinginan seperti itu dengan penjelasan bahwa menjadi seorang atheis menjadi pilihan yang realistis dan sebuah 'keberanian yang mengesankan'
....................

Anti tesis dari saya pribadi (UTB)

Dawkins boleh saja berasumsi demikian tapi tidak semua yang berada dalam lembaga agama adalah sebagaimana yang dibayangkannya, suasana tidak nyaman dan tidak bahagia. 

Banyak orang yang bahkan masuk kedalam suatu agama dan merasa tenang, tentram dan bahagia berada didalamnya dan itu memiliki alasan tersendiri yang kuat dari segi apapun karena hal itu bisa terjadi ketika agama sudah didalami secara sungguh sungguh oleh individu yang bersangkutan bukan sekedar pengetahuan formal yang menempel di kepala

Kalau Dawkins membayangkan bahwa agama hanya hasil indoktrinasi maka tak boleh dilupakan fakta bahwa tidak semua orang menjadi beragama itu mutlak hanya karena faktor indoktrinasi. indoktrinasi itu hanya bahan baku dan bukan finalisasi agama. indoktrinasi semasa kecil tidak mutlak menentukan apa kelak yang akan terjadi.

Karena yang memverifikasi doktrin doktrin keagamaan yang dulu ditanamkan pada akhirnya adalah diri pribadi-pengalaman tiap individu masing masing dalam kehidupannya.

dalam pengalaman real doktrin agama itu seolah diuji benar-salahnya.dengan kata lain verifikasi atas doktrin keagamaan terjadi dalam pengalaman pribadi dan bukan oleh pemikiran orang luar dari individu tersebut.

Ini bedanya verifikasi sains dengan verifikasi agama. verifikasi agama mutlak memerlukan pengalaman pribadi dalam artian untuk verifikasinya perlu pendalaman dan penghayatan yang dilakukan oleh masing masing individu dan tak bisa diwakilkan oleh fihak luar termasuk oleh guru nya atau orang paling terdekatnya sekalipun

Itu sebab tidak sedikit terjadi kasus pindah agama misal dan itu terjadi karena yang bersangkutan menemukan hal yang tidak sesuai misal dengan idealisme nya tentang kebenaran yang ia hayati dan dalami

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline