Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Selamat Tinggal Ramadhan, Sang Penyembuh Jiwa

Diperbarui: 8 Juni 2019   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images : parmantos. wordpress. com

Ada rasa sedih tersendiri ditinggal bulan ramadhan yang baru beberapa hari lalu kita lewati.seperti ada suatu yang hilang dari hati. karena memang benar bahwasanya bulan ramadhan itu adalah suatu bulan yang benar benar istimewa, tentu hanya bagi para pecintanya. 

Karena kedatangannya selalu membawa ruh kebahagiaan spiritual tersendiri dan itu hal alamiah yang selalu datang begitu saja kedalam hati tiap ramadhan tiba, walau kualitas fokus tiap muslim terhadap bulan ramadhan tentu tidak selalu sama

Karena disamping ada yang fokus kepada hal yang bersifat spiritual ada juga yang lebih fokus misal menjadikan ramadhan sebagai 'bulan bisnis'-saat untuk meraih keuntungan duniawi yang se besar besarnya, ada yang fokus nya lebih kepada hal hal yang bersifat budaya : acara mudik, vacansi-liburan,baju baru,bagi bagi parcel, THR an, dlsb. pernak pernik serta tetek bengek yang bersifat budaya serta duniawi. Tentu bukan hal hal yang dilarang, hanya bagi sebagian orang hal yang bersifat budaya kadang menenggelamkan hal yang bersifat essensial yang diajarkan dan yang lebih di tekankan oleh agama

Karena bulan bulan biasa manusia bergumul dengan beragam persoalan kehidupan,utamanya persoalan persoalan duniawi,termasuk kedalamnya persoalan politik dan itu bukan tidak menimbulkan efek samping atau 'residu' di hati.

Residu nya adalah perasaan hampa, gersang, cemas, resah, gelisah dlsb. hal hal negatif yang menggelayut dihati.warna serta suasana hati menjadi hambar atau seperti air sungai yang terkena polusi dari banyak pabrik

Nah fungsi ramadhan kurang lebih adalah merupakan penyembuh, obat bagi itu semua. ketika ramadhan tiba secara alami hal hal negatif seperti itu sedikit demi sedikit menyingkir-sirna dari hati.

Puncaknya adalah saat hari raya tiba maka puncak kebahagiaan itu akan terasa, rasa hampa yang pernah lama menggelayut demikian lama di hati itu seolah sudah sirna sama sekali dari hati.kebahagiaan hari raya lebaran seperti miniatur kebahagiaan sorgawi kelak

Ini tentu bukan semacam sugesti-dogma-sekedar ajaran moral-imajinasi dlsb. tetapi realitas yang dirasakan bahkan secara langsung oleh para pelaku ibadat puasa yang mana bagi orang luar islam mungkin saja ada yang memiliki sudut pandang ke arah demikian sebagaimana disebut diatas

Karena semua muslim yang betul betul mencintai dan mengharapkan kedatangannya semua merasakan hal yang sama, bahkan ketika saya masih kecil kebahagiaan khas ramadhan dan khas hari raya lebaran itu seperti sudah dapat ditangkap dan dirasakan walau belum sungguh sungguh mendalami maknanya secara lebih jauh

Ramadhan adalah moment saat seperti Tuhan memeluk erat para pecintaNya. atau ibarat kita bertemu dengan orang yang kita cintai yang terpisah sedemikian lama dan lalu memeluknya erat erat sedemikian lama. Ada rasa bahagia dihati yang selalu sulit terlukiskan. dan saat pelukan itu terlepas dan kita kembali terpisah dengan orang yang kita cintai maka ada suatu yang hilang dari hati

Atau analogi lain adalah ibarat ikan yang mengap mengap setengah mati karena hidup di air kotor yang dangkal dan berpolusi maka bayangkan andai ikan itu kita masukkan ke tempat ber air yang luas dan jernih, maka ikan itu akan segar bugar kembali

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline