Dalam diri manusia disamping memiliki dunia panca indera-akal serta hati sebagai peralatan berfikir lahir batin manusia juga memiliki fakultas jiwa yang bernama fakultas fiksi atau wilayah fiksi.penamaan ini sekedar mencoba mengikuti jalan fikiran Rocky gerung tentang 'fiksi' yang dalam definisinya tidak di paralelkan dengan kata 'fiktif' yang berkonotasi negatif itu.
Nah kapan wilayah fiksi ini berfungsi atau difungsikan secara alami oleh manusia utamanya ketika berselancar di wilayah agama ?
Maka saya berupaya mendalami untuk mencoba membuktikan kebenaran dari apa yang dikatakan Rocky gerung bahwa 'fiksi' yang ia maksud maknanya tak berkaitan langsung dengan 'fiktif' sehingga saya berupaya menggiring pada pemahaman adanya fakultas fiksi dalam diri manusia.
Walau tak bisa dipungkiri bahwa hal hal yang fiktif-yang tidak ada dalam kenyataan memang lahir dari imajinasi imajinasi yang memantik dari wilayah fiksi.artinya imajinasi itu tidak seperti nurani yang cenderung selalu baik atau akal yang selalu berfikir rasional melainkan bisa dibawa ke kiri maupun ke kanan.Kepada hal-hal yang baik maupun tidak baik. Imajinasi bisa dibawa ke arah pemuasan nafsu bisa juga dibawa oleh ruhani ke arah membantu memikirkan masalah ketuhanan-keagamaan
.................
Ketika Tuhan berfirman bahwa Ia 'bersemayam diatas arsy diatas langit ketujuh' dan di sisi lain berfirman bahwa Ia maha tahu segala gerak gerik tiap individu manusia dan segala isi hatinya maka wilayah fiksi yang ada dalam diri saya mulai memantikkan imajinasi untuk bermain.
Bagaimana Tuhan yang bersemayam di atas langit tertinggi bisa mengetahui gerak gerik serta isi hati tiap individu manusia diatas bumi yang jumlahnya diatas 7 milyar an ?
Salahkah bila manusia meng imajinasi kan persoalan ketuhanan diatas ?
Tentu saja tidak.munculnya imajinasi di satu sisi adalah fitrah alami manusia dalam mencari pemahaman dan di sisi lain adalah akibat dari keterbatasan dunia indera dan akal fikiran.ketika dunia indera atau akal memberi input yang memadai bagi pemahaman maka imajinasi tidak perlu bermain, tetapi ketika dunia indera dan akal tidak bisa memberi input yang memadai maka imajinasi imajinasi akan mulai bermain
Demikian pula pada firman Tuhan yang lain yang berbunyi 'Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang mana dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatannya yang mana dia melihat dengannya, menjadi tangan yang mana dia memukul dengannya, menjadi kaki yang mana dia berjalan dengannya'.artinya seorang yang dicintai Tuhan 'menggunakan mata-telinga-tangan dan kaki Tuhan'.
Nah firman seperti itu sudah berada di luar wilayah pemahaman inderawi juga diluar pemahaman akali sehingga mau tak mau wilayah fiksi yang ada dalam diri manusia akan memantikkan imajinasi imajinasi tiada lain untuk mencari pemahaman menyeluruh yang menjadi fitrah manusia pencari kebenaran