Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Mengatai Fanatik atau Merasa Benar Sendiri Itu Merusak Toleransi!

Diperbarui: 23 Desember 2018   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images: rimanews.com

Prinsip 'toleransi' adalah sebuah ajaran moral-ajaran menyangkut prinsip kebaikan antar sesama, yang banyak digaungkan utamanya ditengah kepercayaan yang plural dengan tujuan utama adalah menghindari terjadinya bentrokan-benturan antar golongan yang berbeda kepercayaan utamanya yang bersifat fisik. 

Tetapi ada yang menggunakan prinsip demikian secara benar dan ada yang menggunakannya secara salah dalam arti lain,yang benar adalah yang proporsional-mengetahui batasan batasan yang tidak boleh di lampaui, sedang yang salah adalah yang tidak proporsional-yang melampaui batasan yang seharusnya tidak boleh dilewati

Yang menggunakannya secara benar adalah yang menggunakan prinsip demikian cukup sebagai ajaran sekaligus pagar atau benteng untuk saling menghormati pilihan keyakinan atau kepercayaan masing masing atau saling menghargai tanpa masuk ke wilayah yang berkaitan dengan persoalan ideologis-teologis-prinsipil yang adalah bersifat privat-bersifat pribadi.

Tanpa menyebut atau mengatai orang yang memegang teguh keyakinannya dengan bahasa yang menyinggung atau menyakiti, misal mengatainya sebagai 'merasa benar sendiri', 'fanatik' dlsb.karena bila seorang bersikap fanatik dalam arti 'kukuh serta teguh dengan keyakinan nya' maka itu adalah hak pribadi tiap individu demikian pula apabila ia merasa keyakinannya sebagai paling benar maka itu pun hak pribadinya,bagi orang lain sebenarnya cukup menyimak argumentasi yang membangun keyakinannya itu.andaipun harus menjadi permasalahan maka itu harus berada di wilayah argumentasi sebab masuk wilayah keyakinan itu sudah masuk wilayah pribadi.beradu argumentasi lah tetapi jangan pernah mempersoalkan pilihan keyakinan seseorang 

Atau dengan kata lain,orang yang menggunakan prinsip toleransi secara salah adalah orang yang melampaui prinsip demikian diatas,yaitu orang yang masuk terlalu jauh hingga ke wilayah teologis-ideologis atau ke wilayah privat yang seharusnya menjadi hak masing masing individu-golongan.

Misal ia menginginkan atau tengah mendesain suatu pandangan dunia (world view) yang berprinsip agar semua keyakinan atau semua kepercayaan itu harus dipandang serta diperlakukan samarata dan sejajar sehingga tak boleh ada yang mengatakan bahwa keyakinan nya sendiri yang paling benar. Ia ingin agar seorang yang memiliki keyakinan tertentu juga membenarkan keyakinan lain yang berbeda atau berlawanan dengan keyakinannya (?)

Karena soal dipandang sejajar atau tidak itu adalah sudah masuk wilayah privat.seorang yang memegang suatu keyakinan tertentu dan memiliki keyakinan bahwa apa yang dipegangnya itu tidak sejajar dengan keyakinan lain yang berbeda, maka disamping itu merupakan hak pribadinya yang harus dihargai dengan prinsip toleransi juga merupakan suatu ke logisan

Seorang memilih memegang keyakinan tertentu karena secara prinsip itu diyakini lebih benar alias tidak sejajar dengan keyakinan yang berlawanan, maka itu adalah suatu kelogisan kalau dipandang secara prinsip keilmuan, sebab kalau semua dipandang sama rata dan sejajar (tidak ada yang dipandang benar atau salah) maka pilihan untuk memegang satu keyakinan tertentu itu otomatis tidak akan ada dan berkeyakinan menjadi tidak memiliki makna sama sekali.

Analoginya bila seorang guru dalam ujian memberi pilihan jawaban ; pilih a-b-c atau d maka seorang yang memilih a misal ia sebelumnya memiliki keyakinan bahwa pilihan b-c dan d itu tidak sejajar serta tidak sederajat dengan a.kalau semua dipandang sejajar dalam arti dipandang sama benar maka ia tidak perlu menjatuhkan pilihan pada yang satu

Contoh misal,seorang yang memegang teguh keyakinan bahwa Tuhan itu esa-satu ia memegang keyakinan demikian secara teguh karena sebelumnya ia berpandangan bahwa apa yang diyakininya itu tidak sejajar serta tidak sederajat dengan keyakinan lain yang berlawanan misal yang punya kepercayaan bahwa tuhan itu banyak. 

Kalau sebelumnya semua dipandang sejajar serta sederajat maka ia tidak akan membuat pilihan keyakinan tersendiri.seorang teis membuat pilihan karena memandang atheisme tidak sejajar serta tidak sederajat dengan teisme

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline