Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Apalagi Itu "Post-Islamisme"?

Diperbarui: 15 Agustus 2018   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images : nasional.kompas.com

Dalam momen deklarasi pada Kamis tengah malam, 9 Agustus 2018, Presiden PKS Sohibul Iman memberikan legitimasi kesantrian sosok Sandiaga, "... Saya bisa mengatakan saudara Sandi merupakan sosok santri di era post-Islamisme."

.................

Saya bukan ingin membahas secara lebih jauh pernyataan presiden PKS itu karena itu bisa masuk wilayah politik. Saya tertarik membahas apa yang disebutnya sebagai 'post islamisme'. 

Konsep apa itu, hanya sebuah wacana atau diskursus intelektual era kekinian-sebuah gerakan politik ataukah gerakan ideologis terkait cara pandang baru terhadap islam atau bagaimana islam menyikapi kekinian?

Kalau saya baca di media dari beberapa keterangan memang tafsiran nya bisa beragam, ada yang mengaitkannya dengan gerakan politik bercorak moderat "anti militansi", ada yang lebih menekankannya sebagai diskursus intelektual yang mengarah pada pembentukan ideologi cara pandang yang lalu dikaitkan dengan prinsip moderatisme dan sebagian pada sikap pragmatik sebagian kalangan muslim menyikapi berbagai situasi kekinian dengan cara yang fleksibel-tidak frontal seperti yang diperlihatkan kaum yang mereka sebut radikal.

Apapun definisi-pengertian atau penafsiran atas istilah itu saya berharap itu tidak berefek menimbulkan perpecahan di kalangan kaum muslim dan utamanya bukan cara yang diambil sebagian pihak-kaum intelektual utamanya untuk melarikan diri dari prinsip prinsip dasar keislaman.

Artinya menghadapi berbagai permasalahan di era kekinian dengan cerdas memang tak harus selalu frontal serta hitam putih tetapi bukan berarti prinsip prinsip keislaman yang mendasar seperti rukun iman atau tauhid diabaikan, karena apabila diabaikan atau dipinggirkan maka lambat laun dapat tergerus situasi dan keadaan itu sendiri.

Harus bisa berenang dalam gelombang dan bukan terbawa gelombang karena menghadapi situasi bagaimanapun itu adalah ujian iman bagi kaum beriman tentunya.

Tetapi mengapa lalu pernah terlintas dalam fikiran saya mencurigai istilah itu?

Karena istilah itu secara langsung mengingatkan saya kepada filsafat post moderanisme, sebagaimana kita ketahui post modernisme pada pusaran utamanya memiliki agenda dekonstruksionisme.

Agenda untuk mendekonstruksi narasi narasi besar yang dianggap telah mapan yang dulu merupakan agenda besar filsafat klasik. Proyek dekonstruksi dilakukan dari berbagai sisi mulai dari epistemologi hingga konsep bahasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline