Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

Kompasioner sejak 2012

Tak Percaya, Wanita Bisa Hidup Bahagia dengan Melajang

Diperbarui: 30 Juli 2018   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images: IDN Times

Bila ada wanita yang dihadapan publik memproklamirkan diri sebagai seorang yang memutuskan memilih hidup melajang karena keyakinan bahwa itulah hal terbaik dan yang paling membahagiakan bagi  kehidupannya dan lalu disamping sebagai pilihan hal itupun lantas dikreasikan sebagai sebuah 'filosofi hidup' yang setengah dibanggakan atau bahkan diagungkan dan mungkin 'di kampanye'kan,maka terus terang saya tidak sepenuhnya dapat percaya.dan ada banyak alasan yang membuat saya setidaknya ragu dengan pilihan atau 'filosofi' hidup seperti itu

Pertama,sifat hati itu berubah-ubah

Sifat hati itu tidaklah seperti gunung yang wujudnya tetap permanen tetapi ia seperti air lautan, kadang bergelombang,kadang hanya beriak,kadang ber ombak besar atau bisa bergantung kondisi cuaca.nah demikian pula hati manusia itu tidak bisa dipastikan akan selalu tetap pada suasana-kondisi tertentu sebagaimana yang saat ini dialaminya. 

Bila hari ini dalam suatu situasi serta kondisi tertentu ia merasa senang-sukacita atau 'bahagia' menurut pandangannya maka belum tentu esok bahkan dalam situasi-kondisi yang sama akan tetap merasa demikian sebab hati itu mengenal kejenuhan-kehampaan-kecemasan dan artinya perasaan perasaan negatif dapat masuk dan mengubah suasana hati.dengan kata lain,tidak ada perasaan yang permanen! 

Walau dihadapan publik perasaan yang satu dapat kita tekan dan perasaan yang lain kita munculkan demi menimbulkan kesan tertentu dari fihak luar terhadap diri kita misal.tetapi bagaimana sebenarnya kondisi hati yang utuh maka kita harus melihatnya dalam kesunyian serta kesendirian sebab itulah; dihadapan publik banyak perasaan perasaan yang biasanya menyembunyikan diri

Hati itu bisa seperti sebuah negara dimana penguasanya dapat berubah ubah, hari ini yang memegang tampuk kekuasaan adalah si X maka pada periode berikutnya bisa si Y lalu si Z

Kedua,hati manusia itu berlapis

Hati itu tidaklah satu lapisan,sebab itu ia bisa memiliki dua muka-dua karakter yang berbeda satu sama lain.sebab itu wajar kalau sering terjadi pertentangan-kontradiksi dalam hati yang berbuah kegalauan,itu adalah ciri dari hati yang tidak satu lapisan.hati bagian luar adalah yang disebut sebagai wilayah emosi-wilayah ego-wilayah romantisme dimana di wilayah ini obsesi obsesi,ilusi ilusi serta pengaruh khayal biasa bermain.wilayah ini juga adalah wilayah yang mudah dipengaruhi fihak luar.atau dengan kata lain wilayah hati yang paling rentan

Sedang hati bagian dalam disebut 'kalbu'-'mata batin'-'nurani'.nah ekspressi dari emosinya itu kadang berlawanan dengan hati nurani nya sendiri sehingga kadang nurani nya menyesali apa yang telah diekspressikan oleh emosi nya. sehingga bila seorang wanita dengan perasaan menggebu-dengan setengah bangga memproklamirkan ke hadapan publik bahwa ia bahagia dengan pilihannya hidup melajang maka batiniah nya yang terdalam belum tentu juga mengatakan demikian. 

Bila pun ia belum menangkap suara nurani nya terdalam itu mungkin karena masih tertutupi oleh gelegak emosi yang menggebu atau menguasai hatinya atau oleh kesenangan kesenangan hidup yang masih sedang dinikmati.dan memang biasanya untuk memunculkan nurani ke permukaan itu tidak bisa dengan rekayasa manusiawi.biasanya Tuhan membukakan pintu nurani seseorang melalui musibah-penderitaan berat yang diluar bayangan manusia

Seorang yang emosi perasaan nafsu manusiawinya terobsesi oleh kesenangan hidup melajang bisa saja nurani terdalamnya merindukan apa yang fitrah nya dialami serta dirasakan seorang wanita ; kasih sayang seorang suami atau keceriaan anak anak yang lucu lucu.karena seperti saya sebut diatas; hati manusia itu berlapis ! hanya bagi orang orang tertentu terkadang lapisan terdalamnya itu tertimbun sedemikian dalam nya sehingga sulit muncul ke permukaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline