Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

TERVERIFIKASI

Kompasioner sejak 2012

Keadilan = Kesetaraan?

Diperbarui: 3 Agustus 2017   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simbol kesetaraan gender - caricom.org

Berbicara tentang makna 'keadilan' maka pandangan orang memang dapat berbeda beda, bagi seorang ahli filsafat yang biasa banyak bermain logika maka makna keadilan mungkin akan lebih ia lekatkan atau paralelkan dengan kesetaraan, kesejajaran,kesamarataan. sehingga sebagai contoh, mungkin dalam pandangannya lelaki-wanita harus serba sama rata - sejajar dengan lelaki dalam segala hal, termasuk dalam soal pekerjaan-cara berpakaian-olah raga serta hak waris,lalu dari kepala para pemikir itu lahirlah konsep 'kesetaraan gender' yang berupaya memperjuangkan kesetaraan antara lelaki-perempuan

Tetapi pandangan bahwa keadilan itu harus identik dengan kesejajaran serta kesamarataan itu pula yang terkadang membuat manusia keliru dalam memandang keadilan Tuhan,sehingga sebagai contoh, timbul suatu pertanyaan : mengapa Tuhan menjadikan sebagian kaya dan sebagian miskin, sebagian cantik dan sebagian buruk rupa, sebagian sempurna dan sebagian cacat dst. lalu timbullah pikiran pikiran negatif terhadap Tuhan, mengganggapNya sebagai 'tidak adil'

Mungkin orang bertanya tanya bahwasanya sudah tertulis dalam kitab suci bahwa salah satu sifat Tuhan adalah maha adil,sehingga benar Tuhan maha adil  ataukah pemahaman manusia terhadap makna keadilan itu yang keliru ? 

Nah karena sebagai contoh sering ada kekeliruan dalam memahami makna keadilan termasuk sering terjadi clash - beda pandangan antara sudut pandang Tuhan (konsep agama) dengan sudutpandang manusia seputar makna keadilan itulah maka kita harus berupaya melihat dan memaknai keadilan dari sudutpandang lain yang berbeda dengan pandangan umum yang cenderung memparalelkan keadilan lebih dengan prinsip kesejajaran dan kesetaraan serta kesamarataan

Karena bila kita menganalisis masalah keadilan dengan hanya bermain logika maka hasilnya memang cenderung akan memandang keadilan sebagai suatu yang harus paralel dengan keserba setaraan-keserbasejajaran, sebab pandangan logika itu memang cenderung datar-linier-tidak orientasi pada 'hakikat' atau hal hal yang bersifat essensial lainnya yang bersifat mendalam (sehingga memerlukan unsur kalbu untuk merenungi serta memahaminya secara mendalam) 

Kita akan mencoba melihat persoalan ini dari sudut pandang seorang ahli hikmat yang lebih banyak bermain di dunia makna makna.dan sebelumnya harus difahami bahwa memang beda antara MAKNA dengan LOGIKA, bila logika lebih banyak bermain dalam isi kepala maka makna lebih banyak bermain dalam kalbu-isi hati - menggunakan cara berfikir hati berupa 'pengertian'. logika berkarakter linier-datar-tak mengandung unsur teka teki sedang makna terkadang penuh dengan teka teki sehingga untuk memahaminya terkadang harus terlebih dahulu direnungi secara lebih mendalam,dengan menggunakan pengertian hati yang mendalam pula. contoh adalah keadilan versi Tuhan yang terkadang sulit difahami oleh pemikiran logika manusiawi yang linier

Pemahaman terhadap keadilan melalui sudut pandang MAKNA juga lebih menekankan pada orientasi pada unsur essensi ketimbang orientasi pada kesetaraan atau kesamarataan, contoh, dilihat dengan logika linier maka keadilan bagi lelaki-wanita adalah keharusan memperlakukan dua entitas yang berbeda itu secara sama rata-sejajar sedang sebagaimana kita ketahui dalam konsep agama Ilahi keduanya banyak diperlakukan secara tidak sama rata, sebagai contoh : bagian hak waris lelaki yang dua bagian dari wanita lalu larangan melakukan sesuatu yang hanya boleh dilakukan oleh lelaki semisal kewajiban melakukan solat jum'at atau menjadi imam sembahyang serta larangan berpakaian terbuka seperti laki laki

Nah kalau direnungi secara mendalam, dengan kalbu-dengan memakai bingkai makna-bukan logika linier maka barulah kita akan memahami makna keadilan Tuhan bukan hanya dalam perkara lelaki-wanita tetapi juga dalam perkara perkara lainnya

Dalam perkara lelaki-wanita maka Tuhan lebih melihat pada makna hakikat 'lelaki' serta 'perempuan' yang diciptakan untuk berbeda dalam banyak hal termasuk yang essensial adalah dalam hal fitrah kodrat nya sehingga mengacu pada unsur essensi kodrat itu maka memperlakukan wanita dengan prinsip keharusan samarata dan serba sejajar dengan lelaki justru adalah sebuah ketidakadilan karena berlawanan dengan fitrah kodrat masing masing

Fitrah kodrat lelaki adalah pemimpin keluarga-penanggung wanita, sedang fitrah kodrat wanita adalah makhluk yang ditanggung, sehingga adil menurut pandangan Tuhan kalau hak waris lelaki 2 bagian dari wanita karena lelaki menjadi fihak yang menanggung

Dan akan terjadi kerusakan massiv secara fitrah kodrati misal apabila wanita menuntut keserba samarataan serta keserba sejajaran dalam segala hal tanpa mempertimbangkan hal essensial semacam unsur kodrati yang adalah diciptakan berbeda antara wanita dengan lelaki

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline