Kini, mentari mulai menyibakkan sinarnya menyengat dibalik bilah-bilah ruangan remang-remang itu. Singup dengan sedikit lentera penerang.
Didalamnya, ada sekelibat nyawa orang namun bibir mungil nya tiada bisa berbisik apalagi bermuara isak tangis mengusik.
***
Manakala kakinya terpasung diantara kayu. Apa baginya hidup? Tiada berarti lagi, sekadar membuka kedua kelopak mata.
Hanya memandang ruangan yang sama
Suasana yang sama
Itu itu saja...
****
Seakan welas asih ini melebur kepadanya. Ingin mengulurkan jari jemari. Pertolongan.
Namun, sejenak bergeming...! Bisa saja membuat nyawa orang sejengkal melayang.