Pelipur lara baginya sudah mati rasa untuk menggubris nya. Kicauan burung begitu ia campakkan saja, cuitan orang hingga melengking ke daun telinga,ia tinggalkan saja.
Saat menjelang siang, terbesit bayangan untuk menyudahi kail panjang ini. Sejak tadi, hanya kosong, sepi dengan kehampaan.
Sayup-sayup mataku sudah mulai mengatup, menunggu ikan-ikan kecil dengan tubuh meringkuk. Seperti menanti kepastian.
Langit biru kali ini juga terlihat muram dan mendung termenung. Rintik-rintik hujan sudah mulai jatuh bergiliran hingga serentak.
Sejengkal kail pancing yang kutinggalkan. Mencari sebuah gubuk. Tempat rehat sejenak sembari mengelus elus dada
Seraya berujar, kapankah ikan-ikan kecil berdatangan. Sejengkal saja ku ingin bertolak ke tempat pengasingan, namun, perut ini sudah gersang sejak tadi malam.
Tuhan, beri aku sejengkal harapan, agar ku bisa bertahan dengan ikan-ikan kecil yang kudapati...
~Dari sejengkal kail pancing yang kutinggalkan...~
******
Bangetayu, 14/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H