Seperti telah dibahas pada tulisan bagian pertama sebelumnya, mesin turbofan masih menjadi trend untuk pesawat terbang penumpang masa depan karena termasuk jenis yang hemat bahan bakar, tidak terlampau bising dan rendah polusi gas buang daripada mesin jet murni tanpa fan. Namun dengan semakin ketatnya regulasi/aturan dalam dunia penerbangan, maka mesin pesawat masa depan juga harus semakin ditingkatkan kinerjanya agar semakin hemat dan dapat semakin ditekan tingkat polusi gas buangnya pada tingkat yang serendah mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku.
Salah satu cara meningkatkan efisiensi mesin turbofan adalah dengan meningkatkan efisiensi propulsi, yaitu dengan menaikkan bypass ratio. Cara ini lebih mudah dicapai daripada melalui peningkatan efisiensi thermal mesin inti (membutuhkan proses yang lebih rumit karena keterbatasan material). Secara teori semakin besar bypass ratio maka akan semakin meningkat juga effisiensi propulsi mesin turbofan. Namun pada keadaan aktualnya hal ini akan dibatasi oleh hambatan aerodinamis akibat perubahan struktur mesin turbofan tersebut yang menyebabkan penambahan berat dan dimensi struktur pesawat secara total.
Saat ini beberapa produsen mesin pesawat besar dunia mengajukan berbagai proposal mesin turbofan masa depan, bahkan beberapa dari mereka menghilangkan selubung/selongsong fan dan mesin ini dikenal luas sebagai mesin open rotor atau propfan. Mesin propfan ini merupakan kombinasi dari mesin turbo-prop dan turbofan, contohnya: Mesin 578DX dari Allison dan Pratt & whitney; Mesin GE36 dari General Electric dan mesin SV-27 dari Aerosila. Mesin Open rotor dapat menghasilkan bypass ratio yang extra besar, sampai lebih dari 40:1, bandingkan dengan mesin turbofan masa kini yang memiliki bypass ratio hanya sampai sekitar kisaran 12:1. Namun mesin open rotor masih menghadapi banyak kendala, terutama masalah kebisingan yang terlampau besar dan keamanan dari bilah rotor tanpa pelindung dengan tip radius yang extra besar bila rotor terlepas akan sangat membahayakan mahluk hidup disekitarnya. Selain itu kecepatan jelajah pesawat terbang pun akan sedikit lebih rendah daripada bila menggunakan mesin turbofan.
[caption caption="Mesin open rotor/propfan"][/caption]
Dewasa ini ada 3 produsen mesin pesawat terbang terbesar dunia. Yaitu: General Electric (USA), Rolls Royce (Inggris) dan Pratt & Whitney (USA), masing masing mengajukan proposal mesin turbofan yang berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristik mesin yang sedang mereka produksi. General Electric mengajukan prosposal yang lebih sederhana, yaitu mesin turbofan dengan 2 rotor kosentris. Rolls Royce mengajukan proposal mesin turbofan yang lebih rumit dengan 3 rotor kosentris yang merupakan trademark mereka sejak awal. Sedangkan Pratt & Whitney dengan pengalaman yang cukup lama dalam memproduksi mesin turboprop dengan gigi reduksi akhirnya mengkonversi system yang sama ke mesin turbofan dengan gigi reduksi untuk menghasilkan mesin turbofan dengan bypass ratio extra besar.
[caption caption="Model mesin turbofan 3 rotor kosentris dari Rolls Royce"]
[/caption]
[caption caption="Mesin turbofan 2 rotor GP7000 dari hasil kerjasama General Electric dan Pratt & Whitney"]
[/caption]
[caption caption="Mesin geared turbofan Pratt & Whitney"]
[/caption]