Lihat ke Halaman Asli

uhan subhan

penikmat buku dan traveling

Sekolah yang Menjawab Tantangan Era Metaverse

Diperbarui: 9 Februari 2022   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Setiap orang tua pasti berharap dapat menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan yang terbaik. Dalam hal ini, definisi atau kategori terbaik tentu amat subjektif. Namun demikian, kiranya ada beberapa hal yang dapat dianggap sebagai kesepakatan umum atau relatif objektif seperti perlunya lingkungan sekolah yang bersih, aman, dan nyaman. Satu lagi, dan kini marak menjadi perbincangan dan buruan para orang tua, adalah sekolah modern.

Istilah sekolah modern yang dimaksud bukan sekadar berkutat pada urusan ketersediaan fasilitas belajar yang dianggap canggih macam adanya laboratorium komputer, internet atau telah menggunakan aplikasi tertentu untuk menunjang pembelajaran secara daring.

Lebih dari itu, sekolah modern adalah sekolah yang mampu menawarkan, bahkan menerapkan, sistem pendidikan dan metode belajar mengajar yang dapat membantu para muridnya menjadi mandiri dalam belajar, memiliki pengetahuan akademik yang mumpuni, inovatif, berani kritis serta siap mengaplikasikan pengetahuannya dalam beragam konteks.

Terlebih pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, di mana setiap orang dianjurkan untuk beraktivitas di dalam rumah masing-masing dan atau wajib menerapkan social distancing, konsep sekolah modern kian menjadi wacana seksi sekaligus alternatif yang menjanjikan. Masalahnya, adakah sekolah modern seperti yang disinggung di atas? Atau, jika tidak perlu seekstrem itu, berapa banyak sekolah yang telah melakukan transformasi menjadi sekolah modern?

Sungguh, saya tidak punya data yang detil dan lengkap untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun demikian, saya yakin ada sekolah yang telah dan terus melakukan transformasi menjadi sekolah modern, meskipun jumlahnya belum banyak. Secara umum, dengan tidak bermaksud mengecilkan atau menafikan upaya sekolah-sekolah negeri, transformasi tersebut biasanya dimotori oleh sekolah-sekolah swasta yang muridnya dari kalangan menengah ke atas.

Tantangan Era Metaverse

Mengapa transformasi sekolah penting dilakukan? Karena kita mafhum bahwa dunia ini tidak statis. Dunia ini terus berputar dan pada putarannya dunia mengalami fase-fase peradaban yang terus berubah. Hingga detik ini, fase perubahan dunia tengah memasuki zaman yang jamak disebut sebagai era revolusi digital atau era industri 4.0.

Mengarungi era macam ini, narasi ihwal perubahan telah menjadi percakapan umum dan santer di ruang publik, baik yang dikemas secara serius di forum-forum diskusi dan seminar maupun perbincangan ngalor-ngidul di warung kopi. Pun demikian yang terjadi di jagat maya.

Bahkan, saking cepatnya perubahan di era mutakhir ini, belum juga kita rampung mengupas tuntas istilah era industri 4.0, akhir-akhir ini kita sudah digempur lagi dengan istilah metaverse dengan segala konsekuensinya, yang menuntut setiap orang agar lekas berubah serta beradaptasi. Sayangnya, saya yakin, banyak dari kita yang masih gagap membayangkan kehidupan yang (akan) terjadi di era metaverse ini.

Namun demikian, barangkali setidaknya kita sempat membaca berita ihwal pernyataan bos perusahaan software multinasional, Bill Gates, bahwa metaverse akan mengubah budaya kerja. Itu artinya, ada dampak yang niscaya mengubah beberapa aspek penting dalam kehidupan umat manusia. Selain kian banyaknya mesin-mesin atau robot yang menggantikan tenaga manusia, juga pasti memengaruhi mindset atau pola pikir manusia dalam memaknai hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline