Lihat ke Halaman Asli

Ugit Rifai

Learn, Invent, Dedicate

Pemuda dan Sepeda Motor

Diperbarui: 28 Oktober 2015   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: http://kfk.kompas.com/kfk/view/81355-Empat-Sekawan"][/caption]

Empat sekawan teman sepermainan. Lahir dalam ketidakpastian masa depan. Empat Sekawan dari lingkungan keluarga yang berbeda dengan minat yang sama, sepeda motor.

Salah satu dari mereka pernah berujar, "Kalau sudah besar nanti, kita akan ketemu lagi naik motor sendiri-sendiri." Yang lain cuma tertawa sambil sesekali mencuri pandang ke langit berharap bisa melihat masa depannya di sana.

16 tahun sudah berlalu. Nomer satu sudah sempat bekerja kantoran. Tapi, keluhannya selalu sama, gaji dan jam kerja tak pernah sinkron. Ada tawaran menarik di internet, dia kepincut. Akhirnya dia korbankan ijazah S1 demi tawaran menggiurkan di internet. Pekerjaan yang menjanjikan kelonggaran waktu dan bayaran maksimal. What a dream job!

Tak jauh berbeda dengan nomer dua. Sempat mencoba berbisnis makanan dan minuman ringan namun kandas lantaran modal yang tak kunjung pulang. Akhirnya memilih profesi baru dengan modal warisan bapaknya. Waktu yang fleksibel namun lebih cenderung tak tentu. Penghasilan pun hanya untuk menikmati hidup sehari.

Nomer tiga tak begitu beruntung. Pergaulannya yang tak sehat membawanya masuk ke kelompok anarkis. Semalaman memutari jalan-jalan kota yang sepi dengan kecepatan penuh. Lalu dengan pongahnya mengumbar dominasi kelompoknya. Jika ada yang melawan, tinggal hantam dan ambil miliknya.

Tak begitu dengan nomer empat. Dengan penghasilannya yang puluhan juta per bulan, dia mendapatkan yang terbaik lalu segera bergabung dengan klub idamannya. Dalam sebulan sekali, ia dan anggota klub lainnya bersafari menyusuri Jawa. Jalan panjang puluhan bahkan ratusan kilometer terasa begitu cepat. Bukan saja karena tunggangan mereka yang pandai berlari, tapi juga ada bapak-bapak yang ikut 'membersihkan' jalan.

Empat sekawan teman sepermainan. Hidup yang serupa tapi jelas tak sama. Empat sekawan bertemu di perempatan jalan. Salah satu dari mereka berujar, "Dulu aku pernah membayangkannya. Sekarang ini benar terjadi. Aku tak tahu apakah ini berkah atau musibah, melihat kita berubah. Duduk di jok motor masing-masing, kita seperti sudah tak saling kenal. Bagaimanapun, aku bersyukur kita benar-benar mengalami ini. Sampai jumpa!"

Perempatan yang lengang dengan bising knalpot yang semakin samar terdengar. Ponsel berdering. Ada penumpang yang menunggu diantar pulang. 

Cirebon, 28 Oktober 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline