Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Sejarah Peserta Didik Generasi Z

Diperbarui: 26 Januari 2024   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa pandemi COVID-19 memberikan pengaruh pada dunia pendidikan saat itu, terutama dalam cara belajar peserta didiknya. Pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu upaya dunia pendidikan dalam menangani masalah tersebut. Pendidikan online telah menjadi bagian penting dalam pembelajaran peserta didik selama 2 tahun lebih pandemi melanda secara global. Disamping itu, masa disaat pandemi melanda merupakan masa di mana Generasi Z berada. Generasi Z lahir ditengah perubahan teknologi digital. Arus globalisasi serta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan diberbagai bidang mengiringi tumbuh kembang generasi ini yang sering disebut juga dengan generasi internet atau generasi serba ‘klik’. Tidak terkecuali peserta didik di tingkat SMA/SMK sekarang ini. Mereka adalah para generasi Z yang sejak kecil telah terbiasa dengan gadget sehingga mereka cenderung memiliki kecerdasan digital yang tinggi.

Menghadapi tuntutan era digital yang semakin pesat serta terlahirnya generasi Z tersebut menjadi salah satu masalah bagi guru dalam mengajar di sekolah. Tidak terkecuali dalam mengajar mata pelajaran sejarah yang notabene sering dikeluhkan oleh peserta didik merupakan pelajaran yang membosankan karena berisi hafalan dan cerita. Dari sinilah para guru mata pelajaran sejarah dituntut harus mampu membuat pembelajaran sejarah untuk para peserta didik generasi Z ini dapat menyenangkan sehingga diminati oleh peserta didiknya.

Kemajuan teknologi juga mengubah kebijakan dalam dunia pendidikan. Kebijakan tersebut diharapkan adanya perubahan dalam dunia pendidikan. Salah satu kebijakan tersebut adalah adanya kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka di mana pemerintah menciptakan program merdeka belajar didalamnya. Program merdeka belajar memiliki makna adanya kebebasan yang didapatkan oleh peserta didik dan oleh guru dalam proses pembelajaran (Daga, 2021). Inovasi yang diciptakan dalam program merdeka belajar salah satunya adalah diterapkannya kurikulum merdeka di setiap satuan pendidikan. Perubahan kurikulum yang terjadi sebagai bentuk upaya dalam menjawab perkembangan zaman yang serba digital (Angga et al., 2022).

Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan menuntut guru untuk berinovasi dalam mengimplementasikannya ke dalam sebuah pembelajaran. Salah satunya yaitu berinovasi dalam penggunaan sumber dan media pembelajaran. Dalam mengajar pembelajaran sejarah, penggunaan sumber dan media belajar sangat mempengaruhi keefektifan dalam menyampaikan materi-materi sejarah agar tidak membosankan bagi peserta didik. Peran dari sumber dan media pembelajaran yakni sebagai alat yang dapat membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Mempertimbangkan karakter peserta didik generasi Z inilah, guru dapat merancang sumber dan media pembelajaran agar menghasilkan pembelajaran yang lebih berkualitas. Dari hal inilah guru benar-benar dituntut untuk cakap teknologi demi mengimbangi para peserta didik generasi Z sekarang ini.

Salah satu upaya guru dalam menciptakan pembelajaran dengan sasaran peserta didik generasi Z yaitu harus mengikuti karakteristik mereka yang kental dengan dunia teknologi serta internet. Peserta didik yang cenderung lebih tertarik dengan gadget, internet, youtube, dan sosial media dapat diarahkan dengan memanfaatkan internet sebagai sumber belajar dan pengetahuan mereka. Menggunakan metode yang konvensional seperti ceramah sudah tidak efektif lagi untuk peserta didik di zaman sekarang. Melalui teknologi, guru dapat menggunakannya sebagai sumber dan media belajar. Segala macam informasi dan pengetahuan tidak hanya didapatkan dari guru semata, melainkan telah tersedia secara lengkap di dalam gadget kecil dengan memanfaatkan jaringan internet. Proses pembelajaran dengan sentuhan teknologi digital menjadi pilihan terbaik bagi guru untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan serta mendorong kreativitas mereka.

Smartphone, sosial media, serta beragam aplikasi menarik telah menjadi gaya hidup para generasi Z. Informasi dan teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan para generasi ini karena akses yang terbuka luas terhadap segala macam informasi. Peserta didik melakukan aktivitas bermain, belajar, dan bekerja dengan menggunakan gadget, komputer, atau laptop. Mereka sangat mahir mengeksplorasi dunia maya dengan memanfaatkan internet. Walaupun demikian, bukan berarti pengaruh teknologi tidak menimbulkan dampak negatif bagi peserta didik.  Dampak internet dan gadget sangat besar bagi pembentukan karakter generasi ini. Oleh karena itu para peserta didik generasi Z harus dipersiapkan baik mental, pengetahuan, maupun karakternya agar tidak salah arah dalam memanfaatkan perkembangan teknologi yang sangat cepat melalui sistem pendidikan yang tepat.

Berdasarkan observasi selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Karya Teknologi Jatilawang selama kurang lebih satu bulan, peneliti mendapatkan pengalaman bahwa permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran sejarah  di Karya Teknologi Jatilawang adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Guru selama ini hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional saja seperti ceramah sehingga membuat peserta didik tidak tertarik dan kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa alasan yang menjadikan peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran antara lain karena bosan, jenuh dan tidak tertarik terhadap pembelajaran sejarah. Hal inilah yang menyebabkan peserta didik sulit untuk dikendalikan saat pembelajaran, peserta didik akan melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh guru setelah guru mengulang perintahnya beberapa kali dan cenderung harus bersikap otoriter.

Pembelajaran sejarah merupakan bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap peserta didik membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan sehingga peserta didik sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional (Widja, 1989:30). Pembelajaran sejarah ini mempunyai peranan dalam upaya pembentukan karakter bangsa dan menanamkan nilai budaya. Dimana guru sejarah memiliki peranan penting dan tanggung jawab dalam pembentukan kepribadian peserta didik generasi Z. Generasi dalam masa lampau sangat menentukan perjalanan sejarah bangsa ini, sedangkan peserta didik masa kini juga harus belajar peristiwa masa lalu tersebut.  Di mana kepribadian tersebut ditunjukkan oleh masing-masing generasi dalam memperjuangkan bangsanya dan melahirkan ide-ide yang cerdas untuk membentuk persatuan bangsa dan negara. Guru harus mampu menanamkan nilai-nilai dalam pembentukan kepribadian, sehingga menjadi identitas diri bagi peserta didik sebagai generasi muda. Banyak pihak menuntut bahwa status dan peran guru dalam masyarakat begitu penting.  Pendidikan yang bermutu hanya bisa diraih jika sekolah memiliki guru-guru bermutu (Koesoema, 2009: ix).  

Kurikulum merdeka berfokus pada pemberian materi esensial, penguatan potensi dan pengembangan karakter peserta didik. Tak hanya berfokus pada kemampuan kognitif semata, kurikulum merdeka juga memperhatikan pembangunan karakter peserta didik. Kurikulum merdeka ingin setiap peserta didik memiliki karakter seperti profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka bertujuan agar peserta didik menjadi pribadi yang Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Mandiri, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, Kreatif, dan Bernalar kritis. Kurikulum merdeka juga memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Peserta didik diperbolehkan menggunakan sumber belajar dari mana saja, termasuk e-learning.

Peserta didik generasi Z cenderung lebih mandiri dalam belajar, mereka dapat mencari materi yang sedang dipelajari sendiri tanpa harus diceramahi terlebih dahulu oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator serta mendukung minat peserta didik. Seluruh aktivitas pembelajaran harus melibatkan partisipasi aktif peserta didik. Guru diharapkan dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi materi melalui berbagai sumber belajar. Kebebasan berpendapat terkait dengan substansi pelajaran maupun proses pembelajaran dapat mengasah kemampuan berfikir kritis dan menciptakan suasana belajar yang nyaman serta kondusif. Pembelajaran untuk peserta didik generasi Z harus disesuaikan dengan karakteristik yang melekat pada mereka.

Sugimin, S.Pd

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline