Aku bertanya kepada kemarau tentang keadilan yang meranggas
Tentang nasionalisme yang melebur
Dan jawabnya,
sekalipun aku tak pernah ada
adil telah mati, terlindas keberingasan pejabat negeri
adil telah tenggalam, di laut keserakahan manusia
adil telah tercabik-cabik, oleh tajamnya peperangan saudara
Aku bertanya kepada hujan yang merentas deras di sekujur tubuh ini
Tentang kemanusiaan yang menggersang
Dan cinta yang mengering
Dan jawabnya,
Aku tak mampu menumbuhkannya
Sekalipun kutumpahkan seluruh air dari sumbernya
Aku tak mampu menyuburkannya
Sekalipun aku turun menahun
Betapa sombongnya,
Mereka yang berbicara mengutuk ketidakadilan
Melupakan janji seperti pengkhianat cinta yang melarikan diri
Menelantarkan sumpah setelah bertemu dengan bidadari
Betapa angkuhnya,
Mereka yang berbicara dan menyerukan anti korupsi
Menelan seluruh harta warisan negeri
Mengakumulasi dalam tabungan pribadi
Aku tertawa, terbahak dalam tangis
Mendengar cacian hujan atas keegoisan pewaris negeri
Mendengar keluh sang mentari tentang punahnya rasa memiliki
Aku tertawa, dan air mataku membanjiri seluruh negeri
Mengisyaratkan nyeri
Dan pedih tak tertahan
Namaku pertiwi...
Dan tangisku memecah
Bagai seorang anak yang kehilangan sejatinya