Isu ini memang tak lagi hangat karena sudah tertumpang tindih dengan isu lainnya seperti, pagar laut dan juga tentang isu elpiji 3 kg.Tulisan ini pernah saya kirim ke media Nasional Media Indonesia entah tidak terkontrol dan juga tidak ada pemberitahuan dari Redaksi dimuat atau tidaknya.
Dibuang sayang, tulisan ini saya posting disini terkait kebakaran beberapa waktu yang lalu.
Los Angeles, kota yang selama ini berdiri sebagai simbol kemegahan dan kekuatan Amerika Serikat, kini terbungkus abu, membawa kisah yang mengguncang hati dan membuka mata dunia. Kebakaran hebat yang meluluhlantakkan infrastruktur dan kebanggaan kota ini mengingatkan kita bahwa bahkan bangsa yang merasa paling kuat pun tidak kebal dari kekuasaan alam.Selama ini, Los Angeles dianggap sebagai wajah Amerika yang penuh kemewahan. Hollywood, gedung-gedung pencakar langit, hingga jalanan yang dihiasi kemegahan hidup modern, semuanya seakan melambangkan ambisi dan superioritas bangsa adi daya. Namun, dalam hitungan jam, api meruntuhkan segalanya. Gedung yang kokoh, taman yang hijau, dan jalanan yang sibuk kini hanya menyisakan kehampaan. Bagi sebagian orang, ini adalah bencana alam, tetapi bagi yang lain, ini adalah teguran ilahi terhadap kesombongan manusia.
Kejadian ini memicu gelombang opini publik yang mengarah pada kritik pedas terhadap pemimpin negara yang dianggap terlalu congkak. Selama ini, retorika yang menggambarkan Amerika sebagai bangsa tak terkalahkan sering menghiasi panggung internasional. Namun, kebakaran ini seolah menjadi cermin yang menunjukkan kelemahan nyata di balik semua klaim kekuatan. Netizen pun ramai-ramai menyuarakan pendapat mereka, menyebut bahwa kesombongan ini seperti mengundang kehancuran yang datang tanpa ampun.
Ironisnya, tragedi ini terjadi di tengah perhatian global terhadap keterlibatan Amerika dalam konflik Israel-Palestina. Sikap pemerintah yang sering dianggap memihak dan arogan dalam mengatur urusan internasional kini dibandingkan dengan ketidakmampuan mereka menangani bencana di negeri sendiri. Banyak pihak melihat ini sebagai pengingat bahwa ketika tangan terlalu jauh mencampuri urusan orang lain, bahaya di depan mata bisa terabaikan.
Kebakaran Los Angeles bukan hanya soal kobaran api yang melahap bangunan, tetapi juga api simbolis yang membakar kesombongan manusia. Ini adalah kisah tentang hegemoni yang runtuh dalam sekejap, mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada materi atau kekuasaan, melainkan pada kerendahan hati dan kebijaksanaan.
Mungkin ini saatnya bagi bangsa adi daya seperti Amerika untuk berhenti sejenak, merenung, dan memahami bahwa kekuatan tanpa kebijaksanaan adalah kehampaan. Ketika abu dari kebakaran ini mulai memudar, kita berharap ada pelajaran yang tersisa -- bahwa tidak ada bangsa, sebesar apa pun, yang kebal terhadap hukum alam atau takdir yang telah digariskan. Dunia tidak hanya membutuhkan bangsa yang kuat, tetapi juga bangsa yang bijak.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI