HUBUNGAN antara gereja dan politik merupakan hubungan timbal balik, yang disebabkan adanya konflik kepentingan antara kedua entitas ini. Dalam perbincangannya muncul yang namanya teologi pembebasan, karena adanya politisasi agama telah menjadi lebih akut dan kronis, sehingga perlu diubah dan di tolong.
Adapun hubungan politik mendominasi gereja justru menciptakan negara sekuler yakni persoalan agama kemudian termajinalkan dan teredukasikan dalam pengaruh kehidupan terhadap negara.
Perdebatan soal hubungan agama (gereja) dan politik (negara) dalam analog teologi pembebasan sendiri mengarahkan pada proses penataan ulang (dekonstruksi) maupun proses penghilangan sifat sakralan (desaklarisasi) terhadap teks-teks agama. Pun, harus diakui bahwa hubungan gereja dan politik sendiri sangatlah saling berbalasan dan memiliki proses tarik menarik yang cukup kuat antara kedua entitas itu.
Agama bisa mempengaruhi dan terpengaruhi atas politik dalam skope luas maupun kecil dan sebaliknya politik bisa mempengaruhi dan terpengaruhi atas agama pada skope besar maupun kecil. Implikasi yang dimunculkan adalah munculnya interpretasi politik terhadap teks-teks agama yang pada akhirnya menciptakan adanya sakralisasi maupun pengultusan.
Teologi yang sebelumnya berfungsi diametris yakni penghubung Tuhan dan manusia maupun sesama manusia justru mengarahkan pada proses hierarkis yakni dari Tuhan kepada manusia melalui agama maupun politik. Agama tidak hanya berbicara sakral namun dimensi profan juga menjadi dipertaruhkan.
Orientasi agama hadir didunia bukanlah selalu mengarahkan kepada bentuk sakralan atau liturgi semata, tetapi lebih kepada pembebasan terhadap umat dari segala bentuk penindasan dan penderitaan.
Gereja mesti berada dalam posisi pelayan kepada umatnya ketimbang pelayan kepada negara. Oleh karenanya l, gereja haruslah bergabung dalam berbagai proses revolusi politik dan ikut melawan rezim yang hegemonik.
Agama adalah candu bagi masyarakat yang dikatakan Karl Marx, sesungguhnya bentuk kritikan kepada agama itu sendiri. Politisasi agama justru mengarahkan pada proses untuk membangun ide baru dalam kehidupan sehingga menciptakan ada kelas masyarakat yang memilili hak istimewah maupun kelas masyarakat yang terpinggirkan dan kehilangan haknya.
Logika teologi pembebasan ini juga terlahir atas proses dialektis dan hermeneutika terhadap pemahaman agama yang dinilai masih konservatif untuk dipahami dan dijabarkan dalam masyarakat.
Esensi dan spirit yang dibawahkan oleh teologi pembebasan pada dasarnya mengajak pada inklusivitas agama agar lebih membumi dalam menghadirkan resolusi masalah bagi manusia dan mengajak pada pemahaman nilai-nilai origin yang dihadirkan untuk membebaskan umat manusia dari kezaliman menuju pada kebebasan ideologi transformatif dalam melihat hubungan antara agama dan politik yang bebas dan merdeka. Akhir nya pun 'jangan buat istanamu bak, kuburan yang tak ternilai.
Maiton Gurik, S.I.Kom
Jakarta, 18 September 2018
Waktu 21:55 Wib