Lihat ke Halaman Asli

Ragam Teori Pembelajaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja oleh setiap orang, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing – masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatuyang sudah ada,melainkan suatu proses yang berkembang terus – menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuanya. Hal diatas sesuai dengan teori belajar humanistik yang lebih mengutamakan siswa yang sebagai pelaku utamanya yaitu dengan memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Pada teori humanistic dan kognitivisme hampir memiliki kesamaan yaitu yang berperan aktif adalah siswa (anak) tersebut.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.Menurut kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Tokoh terkenal dalam kognitivisme adalah Piaget dan vygotsky. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Pada teori konstruktivisme masih memiki pengertian yang sama dengan teori – teori sebelumnya yaitu menekankan pada proses untuk menemukan sendiri konsep yang dibangun dari kenyataan lapangan. Pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, guru bertindak sebagai fasilitator belaka bukan satu-satunya sumber belajar . Akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis dalam belajar, sehingga mereka akan memperoleh pengalaman.

Berbeda dengan aliran – aliran lainnya, pada aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline